Dalam atmosfer birokrasi yang kadang diliputi aroma kepentingan dan formalitas, hadir figur seperti Iwan Setiawan, SE bagaikan oase yang menyejukkan. Pegawai negeri sipil yang kini mengabdi di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Garut ini telah lama dikenal sebagai sosok yang menjadikan pengabdian sebagai jalan hidup bukan sekadar pekerjaan.
Tak banyak bicara, tak suka sorotan, Iwan hadir dengan keteladanan lewat tindakan. Rambut plontos dan gaya bersahaja menjadi ciri fisik yang mudah dikenali, namun di balik itu, menyimpan karakter kuat: jujur, tegas dalam prinsip, dan konsisten menjalankan tugas sesuai aturan dan hati nurani.
Konsisten Menjalankan Tugas, Menghindari Panggung
Sejak bergabung sebagai ASN, Iwan tidak pernah memperlihatkan ambisi pribadi untuk menonjol. Fokusnya hanya satu: menjalankan amanah negara dengan integritas. Di Kesbangpol, ia menangani tugas-tugas krusial seperti pengawasan organisasi masyarakat, pemetaan politik lokal, hingga membangun jejaring lintas elemen masyarakat semua dijalankan tanpa banyak bicara, namun penuh hasil.
“Dia bukan tipe ASN yang suka tampil. Tapi kalau soal kerja, bisa diandalkan. Konsisten dan tidak neko-neko,” ungkap salah satu rekannya di Kesbangpol.
Memegang Prinsip, Mengabdi dengan Hati
Apa yang membedakan Iwan dengan ASN lain? Mungkin jawabannya adalah keteguhan untuk selalu menjadikan moralitas sebagai landasan kerja. Baginya, peraturan bukan sekadar teks hukum, tetapi juga harus dipahami secara etis dan dilaksanakan dengan tanggung jawab sosial.
Meski sering bersentuhan dengan isu-isu sensitif seperti politik lokal dan stabilitas daerah, Iwan tak pernah kehilangan arah. Ia tidak tergoda untuk memihak atau bermain-main di wilayah abu-abu. Netralitasnya sebagai ASN selalu terjaga, bahkan menjadi salah satu kekuatan utama dalam meredam potensi konflik yang muncul di masyarakat.
Tidak Ambisius, Tapi Selalu Relevan
Dalam dunia birokrasi, banyak yang berlomba-lomba naik jabatan. Tapi tidak dengan Iwan. Ia nyaman berada di lini teknis, bekerja di balik layar namun tetap berdampak. Pilihannya ini justru membuat banyak kalangan, mulai dari pejabat hingga tokoh masyarakat, memberikan respek yang tinggi.
“Saya ingin kerja saya bermakna, bukan hanya untuk diri sendiri tapi untuk masyarakat. Jabatan bisa datang dan pergi, tapi tanggung jawab itu melekat terus,” ujarnya dengan nada tenang saat ditemui Nusaharianmedia.com di ruang kerjanya. Rabu, (09/07/2025).
Jadi Penengah dan Pendengar yang Baik
Kemampuan komunikasi yang tenang, empatik, dan tidak konfrontatif menjadikan Iwan sering dipercaya menjadi penengah dalam persoalan-persoalan yang memerlukan pendekatan hati. Tak jarang ia diminta hadir dalam forum lintas elemen, bukan sebagai pejabat, tetapi sebagai fasilitator yang disegani dan dipercaya.
Tokoh masyarakat dari Garut Selatan menyebutnya sebagai “jembatan yang tak terlihat, tapi kokoh menyambungkan banyak pihak yang berbeda pandangan.”
Inspirasi Bagi Generasi ASN Baru
Sosok Iwan Setiawan patut dijadikan rujukan oleh para ASN muda. Di tengah dinamika birokrasi yang kompleks, Iwan memperlihatkan bahwa menjadi abdi negara yang berintegritas, jujur, dan bersahaja masih sangat mungkin dilakukan. Tanpa pencitraan, tanpa basa-basi cukup dengan kerja nyata dan niat tulus.
“Beliau itu bukti bahwa ASN bisa bersih, bisa berpihak pada rakyat tanpa melanggar aturan,” ujar seorang aktivis pemuda yang kerap berinteraksi dengannya.
Menutup Jejak Tanpa Bising
Mungkin publik tak sering mendengar nama Iwan Setiawan, SE. Tapi bagi mereka yang pernah bekerjasama dengannya, nama itu mengandung makna: keteladanan dalam senyap. Ia bukan tipe pembicara ulung, tapi sikapnya berbicara lantang. Ia bukan pemilik jabatan tinggi, tapi pengaruh moralnya mengakar dalam.
Di tengah gempuran era politik dan birokrasi yang kadang kehilangan arah, Iwan berdiri sebagai pengingat bahwa pengabdian sejati tidak butuh tepuk tangan cukup keikhlasan dan konsistensi. (DIX)