Opini,Nusaharianmedia.com – Dalam perjalanan hidup, manusia akan bertemu dengan banyak orang. Ada yang datang dan pergi, ada yang hanya singgah sebentar, dan ada pula yang menetap sebagai bagian penting dalam kisah hidup kita. Di antara sekian banyak pertemuan itu, hadirnya seorang sahabat sejati merupakan anugerah yang tak ternilai.
Sementara, tidak semua orang yang tampak dekat dan akrab benar-benar pantas disebut sahabat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memilih sahabat dengan bijak bukan yang hanya datang saat membutuhkan, tetapi yang tetap tinggal meski kita sedang berada di titik terendah.
Fenomena teman yang hanya hadir ketika butuh bukanlah hal asing dalam kehidupan sehari-hari. Mereka datang membawa senyum saat kita punya sesuatu yang bisa mereka manfaatkan entah itu materi, pengaruh, atau tenaga.
Namun, begitu kita jatuh, mengalami kesulitan, atau tidak lagi berguna bagi mereka, perlahan mereka menjauh, bahkan menghilang tanpa kabar. Ironisnya, kadang kita terlambat menyadari bahwa selama ini kita sedang dimanfaatkan oleh seseorang yang kita kira sahabat.
Sahabat sejati tidak akan memperhitungkan untung rugi dalam hubungan pertemanan.
Mereka hadir bukan karena apa yang kita miliki, tapi karena siapa kita. Mereka menjadi tempat berbagi, tempat berlindung saat badai kehidupan datang, dan tetap berada di sisi kita meski dunia menjauh.
Di sisi lain, sahabat sejati akan berkata jujur meski menyakitkan, akan mengkritik jika kita salah, dan akan merangkul saat kita terpuruk. Mereka adalah sosok yang tetap tinggal ketika semua orang pergi.
Sayangnya, tidak semua orang memiliki kepekaan untuk membedakan antara sahabat dan teman yang hanya memanfaatkan. Banyak dari kita yang terlalu mudah percaya, memberi tanpa batas, dan mengorbankan waktu serta energi untuk orang-orang yang tidak menghargai niat baik kita.
Kekecewaan yang timbul ketika kenyataan tidak sesuai harapan, sering kali membuat kita trauma dan menarik diri dari lingkungan sosial. Padahal, persoalannya bukan pada pertemanan itu sendiri, melainkan pada kurangnya kehati-hatian kita dalam memilih teman.
Maka dari itu, penting bagi setiap orang terutama remaja dan generasi muda untuk dibekali pemahaman dan keterampilan sosial dalam menjalin hubungan. Kita perlu belajar membaca karakter orang, menilai konsistensi sikap, dan mengamati bagaimana seseorang bersikap di saat kita tidak berada dalam posisi menguntungkan.
“Jangan terlalu cepat terbuka kepada orang yang baru dikenal, dan jangan pula memberikan semua yang kita miliki hanya karena ingin diterima,”
Persahabatan sejati tidak dibangun dalam waktu singkat, melainkan melalui proses panjang yang melibatkan kepercayaan, pengorbanan, dan ujian. Kadang, sahabat sejati justru ditemukan dalam kesederhanaan, bukan dalam kemewahan. Mereka mungkin tidak selalu hadir dalam bentuk yang sempurna, tetapi selalu konsisten dalam kebaikan.
Kita pun harus bercermin: apakah kita sudah menjadi sahabat sejati bagi orang lain? Jangan hanya ingin diperlakukan dengan tulus, tapi juga belajar memberikan ketulusan. Jangan menuntut kesetiaan, jika kita sendiri masih bersikap oportunis dalam pertemanan.
Ingat, memilih sahabat sejati bukan sekadar soal siapa yang paling lama kita kenal atau siapa yang paling sering tertawa bersama. Pilihlah sahabat yang tetap ada ketika kita berada di titik nol.
Jauhilah teman yang hanya datang saat butuh dan sekedar untuk memanfaatkan kita mereka yang menjauh ketika kita tidak lagi bisa memberi atau berbuat apa-apa.
Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan bersama orang-orang yang hanya memanfaatkan kita. Ingatlah, lebih baik memiliki satu sahabat sejati yang setia, daripada seratus teman palsu yang hanya pandai memanfaatkan.