Namanya Dedy seorang jurnalis yang dikenal luas di kalangan media lokal maupun Nasional, namun diam-diam juga menapaki jalan sebagai pengusaha sekaligus peternak bebek selama lebih dari sepuluh tahun terakhir.
Kisah hidup Dedy tak hanya menggambarkan perjalanan profesi yang berliku, tapi juga mencerminkan keberanian untuk berinovasi dan beradaptasi. Berangkat dari dunia jurnalistik yang menuntut kepekaan, kecepatan, dan tanggung jawab sosial, ia menjelajahi medan yang sama sekali berbeda dunia usaha, dan lebih jauh lagi, peternakan bebek yang seringkali dipandang sebelah mata.
Memulai dari Keterbatasan
Dedy yang saat ini berumur 54 Tahun asal dari Desa Mekarsari, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, memulai karier jurnalistiknya di awal 1998-an. Bermodalkan kamera pinjaman dan tekad yang kuat, ia meliput berbagai peristiwa penting di wilayah Purwakarta, mulai dari bencana alam, konflik sosial, hingga kegiatan pembangunan.
“Saya mencintai dunia tulis-menulis sejak SMA,” kenangnya. “Jadi ketika ada peluang masuk ke media lokal, saya langsung ambil kesempatan itu.” ujarnya saat diwawancarai Nusaharianmedia.com di rumahnya. Kamis, (31/07/2025).
Namun seiring waktu, ia merasakan bahwa mengandalkan satu sumber penghasilan di dunia media yang kadang tidak menentu bukanlah pilihan bijak. Saat itulah benih-benih wirausaha mulai tumbuh. Berbekal pengetahuan seadanya dan rasa ingin tahu tinggi, Dedy membeli beberapa ekor bebek petelur dan mulai memeliharanya di belakang rumah.
“Saya tidak tahu banyak soal beternak waktu itu, tapi saya belajar dari peternak lain, nonton video tutorial, baca-baca artikel. Saya niatkan sebagai tambahan penghasilan,” ungkapnya.
Tumbuh dan Bertahan di Tengah Tantangan
Perjalanan Dedy tidak langsung mulus. Ia pernah mengalami kegagalan panen telur, bebek yang terserang penyakit, hingga kesulitan menjual hasil produksi. Namun, kegagalan tidak membuatnya menyerah. Justru dari sanalah ia belajar banyak tentang manajemen peternakan, pakan, serta strategi pemasaran.
Selama bertahun-tahun, usaha ternaknya perlahan berkembang. Dari awalnya hanya belasan ekor, kini Dedy memiliki lebih dari 500 ekor bebek petelur yang diternakkan di lahan sewaan di pinggiran Garut selatan. Telur-telur hasil ternaknya dikirim ke berbagai warung makan, pasar tradisional, hingga dijual secara daring ke luar daerah.
Tak berhenti di situ, Dedy juga mulai mengembangkan produk olahan berbahan dasar bebek, seperti telur asin, bebek ungkep, dan abon bebek. “Saya melihat potensi di pasar kuliner lokal. Orang suka produk yang praktis tapi tetap enak dan sehat,”terangnya.
Menginspirasi Generasi Muda
Kombinasi antara pekerjaan jurnalis dan peternak membuat Dedy menjadi sosok yang unik di lingkungannya. Ia dikenal sebagai pribadi yang rajin, rendah hati, dan peduli terhadap masyarakat. Bahkan, ia kerap membagikan pengalamannya kepada anak-anak muda yang ingin belajar beternak atau memulai usaha.
“Saya sering didatangi oleh pemuda-pemuda dari desa yang ingin tahu caranya memulai usaha bebek. Saya tidak pelit ilmu, justru senang bisa berbagi,” tutur Dedy, yang kini juga menjadi narasumber dalam beberapa pelatihan UMKM tingkat desa.
Selain itu, Dedy juga tetap aktif menulis dan meliput isu-isu lokal. Ia meyakini bahwa media masih menjadi alat penting untuk membangun kesadaran publik dan mendorong perubahan sosial. “Jurnalisme dan peternakan itu sama-sama butuh ketekunan. Yang satu membangun kesadaran, yang lain membangun kemandirian,” katanya sambil tersenyum.
Menjaga Keseimbangan dan Visi ke Depan
Menjalani dua profesi yang berbeda tentu bukan perkara mudah. Dedy mengaku kuncinya ada pada manajemen waktu dan kemauan untuk terus belajar.
Setiap pagi, ia mengurus kandang dan mengawasi produksi. Siang hingga sore, ia bisa turun ke lapangan meliput berita. Malam hari, waktunya digunakan untuk menulis, merencanakan distribusi produk, atau sekadar istirahat bersama keluarga.
Kini, setelah sepuluh tahun lebih menjalani dua dunia ini secara bersamaan, Dedy mulai memanen hasil dari kerja kerasnya. Usaha ternaknya semakin stabil, cakupan liputannya semakin luas, dan yang paling penting ia telah menjadi inspirasi hidup bagi banyak orang.
“Bagi saya, keberhasilan bukan hanya soal uang, tapi bagaimana kita bisa hidup bermanfaat untuk orang lain, memberi contoh bahwa hidup tidak harus linear, kita bisa jadi apapun selama mau berjuang,” pungkasnya.
Kisah Dedy adalah refleksi dari realitas banyak orang di daerah yang harus pintar mencari peluang di tengah keterbatasan. Ia bukan hanya jurnalis atau peternak, tapi simbol dari semangat pantang menyerah dan kreativitas tanpa batas.
Di tengah tantangan zaman, kisahnya mengajarkan bahwa kesuksesan bisa diraih dari jalan yang sederhana asal dijalani dengan sungguh-sungguh dan penuh tekad. (Red)