Garut,Nusaharianmedia.com – Kegaduhan internal mewarnai Musyawarah Cabang (Muscab) KE-VII Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kabupaten Garut. Salah satu pengurus BPC HIPMI Garut, Rian Muhammad, secara terbuka menyatakan bahwa Muscab yang digelar hari ini tidak sah dan cacat prosedural. Ia menyoroti minimnya keterlibatan anggota, ketidakjelasan informasi teknis, serta buruknya manajemen komunikasi dari panitia pelaksana.
Dalam pernyataannya kepada media, Rian menyampaikan permohonan maaf secara pribadi kepada mayoritas anggota HIPMI Garut yang merasa tidak terakomodir dalam pelaksanaan Muscab. Ia menganggap bahwa forum tersebut telah gagal menjadi wadah demokratis yang terbuka bagi seluruh anggota, bahkan justru terkesan tertutup dan eksklusif untuk pihak-pihak tertentu.
“Saya secara pribadi memohon maaf atas kekecewaan yang dirasakan banyak anggota. Kami hadir bukan untuk menciptakan kegaduhan, tapi untuk memperjuangkan hak keikutsertaan dalam forum resmi organisasi. Muscab ini bukan milik satu atau dua orang saja, tapi milik kita semua,” ujar Rian. Jum’at , (25/04/2025).
Rian menilai bahwa persoalan utama terletak pada minimnya peran dari OKK (Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan) serta Steering Committee (SC), yang seharusnya bertanggung jawab dalam menyosialisasikan petunjuk teknis (juknis) kepesertaan Muscab. “Sosialisasi nyaris tidak ada. Banyak anggota yang aktif bahkan tidak mendapatkan undangan atau informasi resmi. Termasuk pengurus sah dalam SK juga tidak mengetahui kejelasan jadwal maupun syarat administrasi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Rian mengisahkan bahwa dirinya telah mencoba mencari klarifikasi langsung ke lokasi acara. Namun, respons yang diterimanya sangat mengecewakan. “Alih-alih dijelaskan dengan baik, saya justru mendapat perlakuan tidak hormat.
Saya dibentak-bentak, diperlakukan secara kasar. Ini bukan hanya melukai saya pribadi, tapi menyulut kemarahan kolektif dari banyak peserta lain yang juga merasa dikesampingkan,” tuturnya.
Menurut Rian, tindakan panitia dan pengurus tersebut tidak mencerminkan nilai-nilai organisasi yang mengedepankan profesionalisme dan keterbukaan. Ia bahkan menilai Muscab kali ini sebagai bentuk kemunduran demokrasi organisasi, karena hanya menjadi seremoni penggantian kekuasaan tanpa substansi arah baru yang jelas.
“Kita tidak punya kepentingan soal siapa yang jadi ketua. Kita sudah sepakat mendorong satu calon secara bersama-sama. Tapi bukan ini yang kami perjuangkan. Kami ingin memastikan bahwa forum ini sehat secara struktur, adil, dan terbuka. Muscab ini seharusnya menjadi momen evaluasi dan arah baru, bukan ajang formalitas belaka,” kata Rian.
Selain itu, ia juga menyoroti stagnasi BPC HIPMI Garut di bawah kepemimpinan sebelumnya. “Sejak ketua sebelumnya menjabat, hampir tidak ada aktivitas berarti. Di Instagram resmi BPC HIPMI saja, hanya ada satu postingan. Ini mencerminkan tidak adanya geliat organisasi. Di mana kontribusi terhadap pengusaha muda dan perekonomian daerah?” tegasnya.
Rian menekankan bahwa HIPMI seharusnya menjadi ruang kontribusi, inovasi, dan kolaborasi antar pengusaha muda, bukan arena politik sempit yang menutup partisipasi. “Kami ingin menyumbangkan gagasan dan ide, tapi jika hak untuk berpartisipasi pun dirampas, maka organisasi ini kehilangan esensinya,” ujarnya.
Ia pun mendesak agar pelaksanaan Muscab tersebut dievaluasi secara menyeluruh. Jika perlu, dilakukan ulang dengan pelibatan seluruh anggota secara terbuka dan adil. “Kami akan terus mengawal ini, karena HIPMI bukan milik elite. Ini milik seluruh pengusaha muda Garut yang ingin membawa perubahan,” tutup Rian.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi resmi dari panitia Muscab maupun pengurus BPC HIPMI Garut terkait tudingan ketidakabsahan dan buruknya pelaksanaan kegiatan tersebut. (Red)