Narasi Terpotong, Dakwah Disalahpahami: KH.Aceng Mujib Tegaskan Peran Santri Bukan untuk Pecah Belah,Tapi Jaga Keutuhan NKRI

Avatar photo

- Jurnalis

Selasa, 24 Juni 2025 - 19:36 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oplus_0

Oplus_0

Garut,Nusaharianmedia.com – Suasana dunia maya sempat dihebohkan oleh viralnya potongan video ceramah seorang ulama kharismatik asal Garut, KH. Aceng Abdul Mujib dengan sapaan akrabnya Ceng Mujib yang dinilai menyudutkan salah satu kepala daerah.

Sementara adanya Video tersebut, yang tersebar luas di berbagai platform media sosial, menampilkan sekelumit tausiyah Ceng Mujib dalam forum munaqosah santri, namun diedit sedemikian rupa hingga mengundang tafsir miring dan kegaduhan.

Tak tinggal diam, Ceng Mujib langsung memberikan klarifikasi terbuka. Dalam pernyataannya, ia menegaskan bahwa apa yang disampaikannya dalam ceramah tersebut adalah bagian dari dakwah kebangsaan yang menekankan pentingnya peran pesantren, santri, dan generasi muda dalam menjaga keutuhan bangsa, bukan serangan kepada pihak tertentu, apalagi muatan politik praktis.

“Dakwah itu harus mampu membangun kesadaran moral. Apa yang saya sampaikan murni seruan untuk membangkitkan semangat generasi muda agar mencintai negeri ini, bukan menyudutkan siapa-siapa,” ujar Ceng Mujib.

Dakwah Bukan untuk Menghujat, Tapi Menyadarkan

KH. Aceng Abdul Mujib menjelaskan bahwa konteks ceramahnya adalah untuk membangunkan semangat juang dan kepedulian santri terhadap nasib bangsa, terutama dalam menghadapi tantangan menuju Indonesia Emas 2045.

Menurutnya, santri tidak cukup hanya paham agama, tetapi juga harus memiliki wawasan kebangsaan, karakter kepemimpinan, dan keberanian menyuarakan kebenaran.

“Kalau anak-anak muda kita pasif, masa depan bangsa ini akan rapuh. Kita butuh generasi yang berani, tapi tetap santun dan berakhlak. Itu makna dari ceramah saya,” tegasnya.

Ceng Mujib menolak anggapan bahwa dakwah harus steril dari kritik sosial. Ia menilai bahwa ulama punya tanggung jawab untuk mengingatkan, baik kepada masyarakat maupun penguasa, sebagai bentuk kasih sayang terhadap negeri.

Pesantren: Garda Depan Penjaga Moral Bangsa

Lebih jauh, KH. Aceng menegaskan bahwa sejak dahulu kala pesantren telah menjadi benteng pertahanan moral dan ideologi bangsa. Ia menyebut, empat pilar kebangsaan—Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika—telah lama ditanamkan dalam lingkungan pesantren sebagai nilai dasar kehidupan berbangsa.

“Pesantren bukan sarang radikalisme. Pesantren justru penjaga paling setia keutuhan NKRI. Ulama kita sejak zaman penjajahan tidak pernah absen dalam perjuangan. Kita ini pewaris semangat itu,” katanya penuh semangat.

KH. Aceng juga menekankan bahwa keterlibatan ulama dalam wacana publik adalah hal yang wajar dan penting. Menurutnya, agama dan politik tidak bisa dipisahkan secara mutlak, sebab sejarah bangsa mencatat bagaimana ulama memainkan peran penting dalam momen-momen krusial, seperti kemerdekaan dan reformasi.

Kritik Bukan Tanda Permusuhan, Tapi Tanda Cinta

Terkait tudingan bahwa ceramahnya mengandung unsur menyerang kepala daerah atau bermuatan politis, Ceng Mujib dengan tegas membantah. Ia menegaskan bahwa dirinya bukan bagian dari kelompok atau tim politik manapun.

“Saya tidak sedang mendukung atau menjatuhkan siapa pun. Saya bicara sebagai warga negara, sebagai ulama, dan sebagai bagian dari masyarakat yang cinta negeri ini. Kritik itu wujud tanggung jawab moral, bukan permusuhan,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa tidak semua yang dikritik berarti dibenci. Justru kritik, jika disampaikan secara konstruktif, adalah bentuk kepedulian yang paling nyata terhadap keberlangsungan pemerintahan dan pembangunan daerah.

Seruan untuk Tidak Tergesa Menghakimi

Menanggapi maraknya reaksi negatif terhadap potongan ceramahnya, Ceng Mujib mengimbau masyarakat untuk tidak mudah terpancing oleh narasi yang terpotong-potong. Menurutnya, era digital memang membuka ruang luas untuk berbagi informasi, namun juga memberi celah bagi manipulasi konten.

“Saya menyampaikan ceramah utuh selama lebih dari satu jam, tapi yang diviralkan hanya satu menit. Tentu makna aslinya akan hilang. Mari kita dewasa dalam menyikapi informasi,” ujarnya.

Sebagai penutup, KH. Aceng Abdul Mujib menyampaikan permohonan maaf jika ada pihak yang merasa terganggu atau tersinggung. Namun ia berharap masyarakat bisa memahami bahwa tujuan dakwahnya adalah membangun, bukan memecah belah.

“Saya mohon maaf jika ada yang merasa tidak nyaman. Tapi jangan juga niat baik dakwah ini dipelintir. Mari kita jaga kebersamaan dan jangan jadikan perbedaan sebagai alasan untuk saling menyerang. Saya mendukung semua hal yang berpihak pada rakyat,” tandasnya.

Peristiwa ini menjadi pengingat penting bagi kita semua bahwa di era digital, akurasi dan konteks sangatlah penting dalam menilai suatu informasi.

Dakwah ulama adalah seruan moral yang seringkali menyinggung aspek sosial dan kepemimpinan, namun jangan sampai dipelintir menjadi bahan provokasi. Mari jaga ruang publik kita dari adu domba yang hanya merugikan umat dan bangsa. (Red)
Baca Juga :  Kades Desa Paas Apresiasi Semangat Warga RW 10 Kampung Tanegan: Gotong Royong Pasang Bronjong Cegah Terjadinya Longsor di Sungai Cikaso

Berita Terkait

Perempuan Berdaya, Keluarga Sejahtera: Catatan Hari Ibu dari WBI Garut tentang Penguatan Peran Perempuan dalam Mendorong UMKM
Polsek Banjarwangi dan Warga Gotong Royong Bersihkan Longsor di Jalan Banjarwangi–Singajaya
Derita Penyakit Tulang Bertahun-tahun, Pemuda Garut Harapkan Bantuan Pemerintah
Redistribusi Tanah Bermasalah di Garut, FWPLG Tuding BPN Lalai dan Sarat Maladministrasi
Bazar Fair 2025 SDN 1 Karangmulya Perkuat Silaturahmi Lewat Kuliner Tradisional dan Kesenian Sunda
Sambut Libur Nataru 2026, TWA Gunung Papandayan Jadi Pilihan Utama Wisata Keluarga
Konfercab VI PDIP Tetapkan Kepengurusan Baru DPC Garut Periode 2025–2030
Pantai Sayang Heulang Garut Selatan Siap Sambut Libur Nataru 2026, Destinasi Favorit Wisata Alam Keluarga
Berita ini 71 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 22 Desember 2025 - 23:55 WIB

Perempuan Berdaya, Keluarga Sejahtera: Catatan Hari Ibu dari WBI Garut tentang Penguatan Peran Perempuan dalam Mendorong UMKM

Senin, 22 Desember 2025 - 21:42 WIB

Polsek Banjarwangi dan Warga Gotong Royong Bersihkan Longsor di Jalan Banjarwangi–Singajaya

Senin, 22 Desember 2025 - 19:54 WIB

Derita Penyakit Tulang Bertahun-tahun, Pemuda Garut Harapkan Bantuan Pemerintah

Senin, 22 Desember 2025 - 12:48 WIB

Redistribusi Tanah Bermasalah di Garut, FWPLG Tuding BPN Lalai dan Sarat Maladministrasi

Senin, 22 Desember 2025 - 10:53 WIB

Bazar Fair 2025 SDN 1 Karangmulya Perkuat Silaturahmi Lewat Kuliner Tradisional dan Kesenian Sunda

Berita Terbaru