Kaulinan Baheula Sunda. : Warisan Kearifan Lokal dan Pelajaran Hidup

Avatar photo

- Jurnalis

Senin, 30 Desember 2024 - 19:41 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

(Oleh : Diki Kusdian Pimpinan Redaksi)

Kaulinan baheula urang Sunda bukan hanya sebatas hiburan masa lalu. Lebih dari itu, permainan-permainan tradisional ini merefleksikan nilai-nilai luhur, harmoni dengan alam, serta semangat kebersamaan yang menjadi inti kehidupan masyarakat Sunda. Dari engklek, galah asin, oray-orayan, hingga boy-boyan, setiap permainan memiliki pesan tersirat yang mendalam.

Semangat Kolektivitas dalam Bermain

Permainan seperti galah asin dan oray-orayan mengajarkan pentingnya kerja sama. Melalui interaksi dalam tim, pemain belajar untuk saling mendukung demi mencapai tujuan bersama. Konsep ini mencerminkan filosofi masyarakat Sunda yang menjunjung tinggi gotong royong sebagai fondasi kehidupan bermasyarakat.

Sederhana, tetapi Bermakna

Kaulinan baheula memanfaatkan bahan-bahan sederhana seperti bambu, batu, atau dedaunan. Hal ini mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan alam. Dari sini, kita dapat belajar bahwa kebahagiaan dan kreativitas tidak selalu bergantung pada kemewahan, tetapi pada kebersahajaan dan kedekatan dengan lingkungan.

Pelestarian Tradisi Melalui Nyanyian

Nyanyian atau pantun sering mengiringi permainan tradisional Sunda, seperti pada oray-orayan. Melalui tradisi lisan ini, nilai-nilai budaya ditanamkan kepada generasi muda. Lagu-lagu tersebut mengandung pesan moral, pelajaran hidup, dan kearifan lokal yang memperkaya identitas budaya.

Sarana Edukasi Alami

Permainan seperti engklek atau boy-boyan tidak hanya menuntut kelincahan fisik, tetapi juga melatih konsentrasi dan strategi. Dalam konteks pendidikan nonformal, kaulinan ini berfungsi sebagai cara alami untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan menjaga kesehatan tubuh.

Cerminan Filosofi Kehidupan

Beberapa permainan, seperti galah asin atau bebentengan, melambangkan perjuangan hidup. Pemain dituntut untuk membuat strategi, mengambil keputusan, dan menghadapi tantangan dengan keberanian. Hal ini mencerminkan dinamika kehidupan yang penuh dengan rintangan namun dapat dilalui dengan kebijaksanaan.

Melestarikan Identitas Budaya

Di tengah arus modernisasi dan dominasi teknologi, kaulinan baheula semakin jarang dimainkan. Meski demikian, permainan ini tetap relevan sebagai pengingat akan pentingnya menjaga warisan budaya. Melestarikan kaulinan baheula berarti mempertahankan identitas dan nilai-nilai kearifan lokal yang telah diwariskan.

Kaulinan baheula urang Sunda bukan sekadar permainan, tetapi juga sarana pendidikan dan pelestarian budaya. Dengan menjaganya, generasi muda tidak hanya mendapatkan hiburan, tetapi juga mempelajari nilai-nilai kehidupan yang esensial bagi keberlangsungan tradisi dan jati diri masyarakat Sunda.

Baca Juga :  Kapolsek Caringin: Kami Pantau Pantai Rancabuaya Bersama Forkopimcam Untuk Pastikan Keamanan dan Kenyamanan Pengunjung

Berita Terkait

Pelantikan Fatayat NU Garut, Imas Aan Ubudiah: Perempuan NU Harus Jadi Motor Perubahan
SDN 1 Karangmulya Tampilkan Seni Angklung Memukau Di Resepsi HUT PGRI ke-80 Kecamatan Karangpawitan
Reuni Akbar 212: Manifestasi Kekuatan dan Soliditas Umat Islam Indonesia
Qeesyam, Bintang Cilik Sanggar RC Community Harumkan Nama Garut Lewat Tari Jaipong
Pembina Dewan Kebudayaan Kabupaten Garut, H. Rudi Gunawan, S.H., M.H., M.P.: Film Dokumenter “Gunung Nagara” Jadi Langkah Konkret Pelestarian Tradisi, Budaya, dan Sejarah Garut
Brigade PII Garut Gelar Seminar Lingkungan dan Kebencanaan serta Buka Green Leadership Camp 2025
Keadilan Akhirnya Datang: 2.079 Buruh Eks PT Danbi Menang Gugatan Actio Pauliana, Aset Rp16 Miliar Kembali untuk Pekerja
Piala Gubernur Liga 4 KDM : Sepak Bola Hidupkan Semangat Olahraga dan Ekonomi Warga Hingga ke Desa
Berita ini 18 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 7 Desember 2025 - 23:14 WIB

Pelantikan Fatayat NU Garut, Imas Aan Ubudiah: Perempuan NU Harus Jadi Motor Perubahan

Sabtu, 6 Desember 2025 - 12:36 WIB

SDN 1 Karangmulya Tampilkan Seni Angklung Memukau Di Resepsi HUT PGRI ke-80 Kecamatan Karangpawitan

Senin, 1 Desember 2025 - 20:14 WIB

Reuni Akbar 212: Manifestasi Kekuatan dan Soliditas Umat Islam Indonesia

Selasa, 18 November 2025 - 22:48 WIB

Qeesyam, Bintang Cilik Sanggar RC Community Harumkan Nama Garut Lewat Tari Jaipong

Selasa, 11 November 2025 - 20:11 WIB

Pembina Dewan Kebudayaan Kabupaten Garut, H. Rudi Gunawan, S.H., M.H., M.P.: Film Dokumenter “Gunung Nagara” Jadi Langkah Konkret Pelestarian Tradisi, Budaya, dan Sejarah Garut

Berita Terbaru