Semangat gotong royong tergambar kuat di wajah-wajah warga yang sejak pagi sudah berkumpul membawa alat kebersihan masing-masing. Ibu-ibu dengan sapu dan karung sampah, bapak-bapak memegang cangkul dan mesin pemotong rumput, serta anak-anak dengan kaus bertuliskan “Ayo Jaga Lingkungan” tampak antusias menyambut kegiatan tersebut.
Suasana penuh semangat dan keakraban menciptakan momen yang sarat nilai kebersamaan.
Fokus pada Titik-Titik Kritis Lingkungan
Kegiatan difokuskan pada area-area publik yang selama ini kurang mendapat perhatian: saluran air tersumbat lumpur, bahu jalan yang dipenuhi semak belukar, hingga titik pembuangan sampah liar yang menumpuk. Di bawah komando langsung dari Asep Taufik, warga menyusuri setiap titik, membersihkan, memangkas, dan menata ulang lingkungan sekitar.
“Kita ingin memulai dari hal kecil, namun dengan komitmen besar. Menjaga lingkungan adalah bagian dari membangun peradaban desa,” ujar Asep dalam sambutannya sebelum kegiatan dimulai.
Menurutnya, persoalan lingkungan bukan semata karena kurangnya sarana, namun lebih pada soal kesadaran. Maka dari itu, program ini digagas bukan hanya sebagai aksi sekali waktu, tetapi sebagai pemantik budaya baru: mencintai dan merawat lingkungan sebagai bagian dari gaya hidup warga.
Lebih dari Sekadar Membersihkan
Tak hanya soal kebersihan, kegiatan ini juga menjadi ruang memperkuat koneksi sosial. Di tengah kerja bakti, warga saling bercengkerama, berbagi cerita, dan membangun solidaritas. Asep menyebut momen seperti ini sebagai “terapi sosial” yang mampu menumbuhkan rasa kepemilikan dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar.
“Kita ingin desa ini tidak hanya bersih secara fisik, tapi juga kuat secara sosial dan emosional,” tambahnya.
Rencananya, kegiatan ini akan dilanjutkan secara rutin dan berkembang ke program lainnya seperti pembuatan taman desa, bank sampah, hingga edukasi lingkungan untuk keluarga.
Kepemimpinan yang Memberi Teladan
Langkah konkret Asep mendapat respons positif dari warga. Dadan, seorang tokoh pemuda setempat, menyatakan bahwa apa yang dilakukan kepala desa merupakan contoh kepemimpinan yang langka.
“Pak Kades bukan hanya bicara, tapi memberi contoh. Ikut membersihkan selokan, memungut sampah itu yang bikin warga semangat,” ujarnya.
Ia berharap kegiatan semacam ini akan berlanjut dan menjangkau program lingkungan lain seperti penanaman pohon, perlindungan mata air, dan kampanye pengurangan plastik.
Desa Bersih, Warga Sehat, Masa Depan Cerah
Asep meyakini bahwa wajah desa adalah representasi langsung dari warganya. Maka menciptakan lingkungan yang tertata adalah tanggung jawab bersama. Dengan lingkungan yang bersih dan sehat, kesejahteraan sosial dan kebanggaan sebagai warga desa akan tumbuh secara alami.
“Pembangunan bukan hanya soal gedung, tapi juga soal karakter. Kalau lingkungan kita tertata, itu artinya kita punya karakter,” ucapnya.
Kegiatan ditutup dengan pembagian konsumsi ringan sebagai bentuk apresiasi, disambut dengan gelak tawa dan kebersamaan di bawah rindangnya pepohonan desa.
Menuju Gerakan Lingkungan Berkelanjutan
Sebagai langkah lanjutan, Asep telah merancang kegiatan berikutnya: penataan taman desa, pelatihan pemilahan sampah, dan penyuluhan keluarga tentang pengurangan plastik. Ia menegaskan bahwa perubahan besar selalu dimulai dari gerakan kecil namun konsisten.
“Yang terpenting bukan besar atau kecilnya program, tapi kesungguhan kita dalam melaksanakannya,” pungkasnya dengan senyum hangat.
Dengan semangat dan kepemimpinan yang membumi, Desa Sirnagalih perlahan membangun citra baru: desa yang bersih, sadar lingkungan, dan penuh kebersamaan. (DIX)