“Retaknya Benteng Moral di Garut: Seruan Darurat untuk Kemanusiaan”

Avatar photo

- Jurnalis

Selasa, 15 April 2025 - 08:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Garut, Nusaharianmedia.com – Kabupaten Garut, Jawa Barat, kembali diguncang oleh kenyataan pahit yang mengusik nurani: deretan kasus kekerasan seksual yang menyeret pelaku dari lingkaran terdekat korban, bahkan dari kalangan yang semestinya menjadi pelindung.

Salah satu kasus paling menyayat adalah dugaan rudapaksa oleh seorang ayah dan paman terhadap anak kandungnya sendiri. Peristiwa memilukan ini menggambarkan runtuhnya tembok perlindungan yang seharusnya diberikan oleh keluarga—ruang paling sakral dalam kehidupan manusia.

Tak berselang lama, dugaan pelecehan seksual oleh seorang tenaga medis terhadap pasien perempuan menambah daftar panjang luka sosial di Garut. Bukannya mendapat rasa aman dalam ruang praktik, korban justru merasa terancam secara fisik dan psikis oleh oknum yang seharusnya menjunjung tinggi etika profesi.

“Jika keluarga dan fasilitas kesehatan tak lagi aman, di mana lagi seorang manusia bisa merasa terlindungi? Ini sudah lampu merah bagi nilai-nilai kemanusiaan kita,” tegas dr. Hj. Sintya Mirani, psikolog forensik dari Universitas Padjadjaran, Selasa (15/04/2025).

Sinyal Bahaya dari Tengah Masyarakat

Pihak Polres Garut menyatakan tengah menangani dua kasus tersebut. Tersangka dalam kasus rudapaksa telah diamankan, sementara kasus pelecehan oleh oknum dokter masih dalam tahap penyelidikan. Namun, fakta ini hanya permukaan dari gunung es yang lebih besar.

Nur Lestari, Ketua Forum Perlindungan Perempuan dan Anak Garut, menyebutkan bahwa tren kekerasan seksual di Garut menunjukkan peningkatan signifikan dalam tiga tahun terakhir. “Mayoritas pelaku adalah orang-orang yang dikenal korban. Ini menunjukkan keretakan mendalam dalam sistem sosial kita,” ujarnya.

Menurutnya, tanpa kolaborasi semua pihak,tokoh agama, pemerintah, institusi pendidikan, dan media. Maka nilai-nilai etika akan terus terkikis dan kasus-kasus serupa akan terus bermunculan.

Pendidikan Seksualitas: Bukan Tabu, tapi Perlindungan

Ahmad Rosyid, sosiolog dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung, menyoroti urgensi pendidikan seksualitas sejak dini. “Kita sering keliru menganggap pendidikan seks itu vulgar, padahal ini bagian penting dalam membangun kesadaran anak akan hak dan martabat dirinya,” katanya.

Ia juga menyoroti minimnya keteladanan dari tokoh masyarakat, yang seharusnya menjadi panutan. “Ketika narasi kekerasan dan pelecehan didiamkan, maka perilaku menyimpang pun perlahan menjadi normal,” tegasnya.

Langkah Nyata, Bukan Sekadar Seremonial

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Garut, Euis Sulastri, menyampaikan bahwa pihaknya tengah merumuskan strategi bersama berbagai pihak. “Kami akan masuk ke sekolah, pesantren, dan komunitas-komunitas pemuda untuk membangun kesadaran kolektif,” ujarnya.

Namun, ia menekankan bahwa penanganan kasus tidak akan berhasil jika masyarakat hanya menjadi penonton. “Ketegasan hukum dan keberanian masyarakat bersuara adalah dua kunci utama.”

Penutup: Saatnya Kembali ke Nilai-Nilai Dasar

Apa yang sedang terjadi di Garut bukan hanya soal kriminalitas, tapi soal retaknya nilai-nilai dasar kemanusiaan. Ketika ruang privat tak lagi aman dan norma sosial kehilangan fungsinya, saat itulah masyarakat harus mengevaluasi ulang arah kompas moralnya.

Garut bukan hanya warisan budaya dan sejarah—ia juga harus menjadi cermin peradaban. Sudah waktunya semua pihak bergerak bersama. Karena melindungi martabat manusia adalah tanggung jawab kita semua. (Red)

Baca Juga :  Sinergitas TNI-Polri dan Warga Setempat Laksanakan Kerja Bakti

Berita Terkait

DPD LASQI Garut Raih Juara Umum Festival Kasidah dan Pop Religi Jawa Barat, Siap Melaju ke Tingkat Nasional
Senam Massal Se-Kabupaten Garut: Pemerintah dan Wahegar Ajak Warga Jadi Sehat dan Bahagia
Dorong Transparansi, HMI Garut: Pengesahan Kode Etik BK Wujud Komitmen DPRD Menjaga Marwah Lembaga
Sinergi Masyarakat dan Pemerintah, Pemkab Garut Terima Hibah Tanah di Kelurahan Karangmulya sebagai Wujud Nyata Dukungan terhadap Pembangunan Daerah
Pembina Dewan Kebudayaan Kabupaten Garut, H. Rudi Gunawan, S.H., M.H., M.P.: Film Dokumenter “Gunung Nagara” Jadi Langkah Konkret Pelestarian Tradisi, Budaya, dan Sejarah Garut
PPRG Korwil Bekasi Gelar Baksos Cukur Gratis di Ponpes An-Nawawi Tambun: “Dari An-Nawawi untuk Negeri”
Brigade PII Garut Gelar Seminar Lingkungan dan Kebencanaan serta Buka Green Leadership Camp 2025
Keadilan Akhirnya Datang: 2.079 Buruh Eks PT Danbi Menang Gugatan Actio Pauliana, Aset Rp16 Miliar Kembali untuk Pekerja
Berita ini 29 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 16 November 2025 - 09:15 WIB

DPD LASQI Garut Raih Juara Umum Festival Kasidah dan Pop Religi Jawa Barat, Siap Melaju ke Tingkat Nasional

Sabtu, 15 November 2025 - 17:24 WIB

Senam Massal Se-Kabupaten Garut: Pemerintah dan Wahegar Ajak Warga Jadi Sehat dan Bahagia

Jumat, 14 November 2025 - 21:28 WIB

Dorong Transparansi, HMI Garut: Pengesahan Kode Etik BK Wujud Komitmen DPRD Menjaga Marwah Lembaga

Kamis, 13 November 2025 - 19:07 WIB

Sinergi Masyarakat dan Pemerintah, Pemkab Garut Terima Hibah Tanah di Kelurahan Karangmulya sebagai Wujud Nyata Dukungan terhadap Pembangunan Daerah

Selasa, 11 November 2025 - 20:11 WIB

Pembina Dewan Kebudayaan Kabupaten Garut, H. Rudi Gunawan, S.H., M.H., M.P.: Film Dokumenter “Gunung Nagara” Jadi Langkah Konkret Pelestarian Tradisi, Budaya, dan Sejarah Garut

Berita Terbaru