Dibalik Statistik ‘Sukses’ Program Sosial: Ada Keluarga yang Terlupakan Total

Avatar photo

- Jurnalis

Kamis, 10 Juli 2025 - 15:40 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Garut,Nusaharianmedia.com – Pemerintah Kabupaten Garut kerap membanggakan angka-angka statistik dari berbagai program bantuan sosial. Grafik yang menanjak, laporan sukses yang memenuhi meja rapat, dan pernyataan “target tercapai” seringkali menghiasi pemberitaan resmi.

Namun, di balik gemerlap data tersebut, ada satu realita sunyi yang menggugah nurani keluarga Bapak Uju di Kampung Cilengkeng, Desa Wangunjaya, Kecamatan Banjarwangi.

Di sebuah rumah reyot berdinding bilik, berlantai tanah, dan beratap bocor, keluarga ini hidup dalam kondisi yang jauh dari kata layak. Bapak Uju, bersama istrinya dan tiga orang anak, sudah bertahun-tahun tinggal di bangunan yang nyaris rubuh.

Sementara di musim hujan, mereka harus berpindah ke sudut-sudut rumah yang lebih aman agar tak tertimpa runtuhan atap. Ketika hujan datang disertai angin kencang, satu-satunya perlindungan mereka adalah tumpukan karung dan plastik bekas yang dijadikan tambalan atap darurat.

Di Mana Peran Negara?

Kondisi keluarga Bapak Uju seharusnya secara otomatis masuk dalam skema prioritas penerima program Rutilahu (Rumah Tidak Layak Huni). Apalagi, berbagai program sosial dari pemerintah pusat hingga desa, seperti Dana Desa, CSR, dan program pengentasan kemiskinan ekstrem, telah bergulir selama bertahun-tahun.

Namun sayangnya, rumah yang berada di RT 02 RW 05 ini tidak tersentuh oleh bantuan apa pun.

“Sudah lama kami begini. Kadang kalau malam hujan deras, kami tidak tidur, karena takut genting jatuh,” ujar Bapak Uju dengan suara lemah, Kamis (10/07/2025). Tangannya menunjuk ke arah langit-langit rumah yang bolong dan berjamur, tempat air hujan rutin menetes.

Pemerintah Bungkam, Pendataan Mandek

Penelusuran tim lapangan menemukan bahwa dalam dua tahun terakhir, tidak ada verifikasi ulang data warga miskin ekstrem di Desa Wangunjaya. Pendataan hanya dilakukan berdasarkan arsip lama, tanpa kunjungan langsung. Bahkan perangkat desa seperti RT, RW, dan kepala dusun disebut tidak aktif melakukan pemantauan atau pendataan berkala.

Seorang aktivis sosial lokal yang enggan disebutkan namanya menyatakan, “Ini bukan soal tidak tahu, tapi soal tidak peduli. Banyak keluarga seperti Pak Uju yang tidak masuk data karena dianggap ‘tidak eksis’ secara administratif. Padahal mereka ada dan hidup dalam penderitaan nyata.”

Statistik yang Menyesatkan?

Laporan resmi pemerintah menyebutkan bahwa di Kecamatan Banjarwangi, puluhan rumah telah direnovasi melalui program Rutilahu. Namun, keberhasilan yang diklaim dalam laporan tampaknya belum menyentuh warga paling membutuhkan. Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa data yang dijadikan dasar perencanaan bantuan tidak valid, atau bahkan sudah “dipoles”.

“Jangan-jangan ini soal kuota. Siapa yang dekat dengan pejabat, dia yang dapat. Yang lain? Ya dilupakan,” cetus seorang warga sekitar dengan nada sinis.

Kemiskinan yang Diturunkan

Bapak Uju bekerja serabutan hari ini buruh tani, besok mencari kayu bakar. Istrinya mengurus rumah sambil sesekali membantu tetangga. Tiga anaknya nyaris putus sekolah. Mereka kesulitan membeli perlengkapan belajar, bahkan pakaian layak pun tidak punya.

“Ada anaknya yang pintar, tapi dia minder ke sekolah karena bajunya robek. Kadang dia bilang malu sama temannya,” tutur seorang tetangga dengan mata berkaca-kaca.

Saatnya Evaluasi Total, Bukan Sekadar Seremonial

Tragedi sosial yang menimpa keluarga Bapak Uju menggambarkan celah besar antara program dan realisasi. Pemerintah daerah, khususnya Dinas Sosial dan DPKP, harus segera melakukan audit sosial independen terhadap program berbasis kebutuhan dasar, terutama perumahan.

Tanpa validasi lapangan, semua program akan terjebak dalam pusaran laporan semu penuh angka, tapi kosong makna.

Keluarga seperti Bapak Uju tak butuh bantuan sesaat. Mereka membutuhkan kehadiran negara yang menjamin hak dasar: tempat tinggal layak, pendidikan untuk anak-anaknya, dan kesempatan untuk hidup manusiawi.

Jika kita terus percaya pada statistik tanpa menyapa realita, maka kita sedang menormalisasi ketidakadilan. Dan keluarga seperti Bapak Uju akan terus menjadi korban yang tak tercatat terhapus dari peta bantuan, terbuang dari agenda pembangunan. (Red)
Baca Juga :  Kades Mekarwangi Diduga Selewengkan Dana Desa, Warga Tuntut Pengunduran Diri dan Proses Hukum

Berita Terkait

BPS Garut Raih 8 Penghargaan dari KPPN, Diharapkan Terus Tingkatkan Kinerja Pengelolaan Anggaran
KNPI Garut Putuskan Aklamasi, Agil Sahrizal Jadi Satu-satunya Kandidat
Di setiap langkah, kita mencari arti… 🌙 Di setiap napas, kita rindu akan makna sejati…
Radit Julian Desak Pemerintah Segera Atasi Defisit RSUD dr. Slamet Garut
RSUD dr. Slamet Alami Defisit Keuangan, Pelayanan Kesehatan Warga Garut Terancam
RSU dr. Slamet di Ujung Tanduk: Nyawa Rakyat Garut Taruhan Politik Anggaran?
Basarnas dan perwakilan tenaga ahli dari DPR RI Dorong Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pencarian dan Pertolongan di Garut
Setelah Viral di Media Online, BAZNAS Garut Turun Tangan Bantu Pak Yaman, Guru Honorer Difabel Bergaji Rp90 Ribu
Berita ini 1 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 28 Agustus 2025 - 22:24 WIB

BPS Garut Raih 8 Penghargaan dari KPPN, Diharapkan Terus Tingkatkan Kinerja Pengelolaan Anggaran

Kamis, 28 Agustus 2025 - 21:59 WIB

KNPI Garut Putuskan Aklamasi, Agil Sahrizal Jadi Satu-satunya Kandidat

Kamis, 28 Agustus 2025 - 19:31 WIB

Di setiap langkah, kita mencari arti… 🌙 Di setiap napas, kita rindu akan makna sejati…

Kamis, 28 Agustus 2025 - 14:28 WIB

Radit Julian Desak Pemerintah Segera Atasi Defisit RSUD dr. Slamet Garut

Kamis, 28 Agustus 2025 - 12:43 WIB

RSUD dr. Slamet Alami Defisit Keuangan, Pelayanan Kesehatan Warga Garut Terancam

Berita Terbaru