Garut,Nusaharianmedia.com – Kekerasan seksual terhadap anak-anak masih menjadi persoalan yang mengkhawatirkan di berbagai daerah, termasuk Kabupaten Garut.
Dalam beberapa tahun terakhir, kasus yang melibatkan anak sebagai korban terus bermunculan, mencerminkan masih rendahnya pemahaman anak terhadap hak atas tubuh mereka sendiri.
Menyadari pentingnya edukasi sejak dini, sekelompok mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan dari Institut Pendidikan Indonesia (IPI) Garut menginisiasi kegiatan edukatif yang bertujuan untuk membekali anak-anak dengan pengetahuan mengenai batasan tubuh dan cara melindungi diri dari tindakan yang tidak pantas.
Kegiatan bertajuk “Kenali Tubuhmu, Lindungi Dirimu!” ini digelar di SDN 1 Sukamukti, Kecamatan Cilawu, Garut, pada pertengahan April 2025. Kegiatan tersebut difokuskan untuk memberikan pemahaman kepada siswa sekolah dasar tentang pentingnya mengenali batasan fisik, hak atas tubuh pribadi, dan cara merespons dengan tepat ketika menghadapi situasi yang berpotensi mengarah pada pelecehan atau kekerasan seksual.
Sebanyak tujuh mahasiswa PPG dari program studi Pendidikan Bahasa Indonesia terlibat langsung sebagai fasilitator dalam kegiatan ini. Mereka adalah Nanan Nugraha (ketua pelaksana), Rindang Mekarsasi, Ismi Rahayu, Roro Tri Nur Herthira, Marleni, Fadila Nuraini, dan Rima Maryamah.
Dalam menyampaikan materi, mereka menggunakan metode yang menyenangkan dan mudah dipahami anak-anak, seperti media visual, permainan edukatif, cerita bergambar, hingga diskusi ringan. Pendekatan ini dinilai lebih efektif dalam menyampaikan pesan penting tanpa menimbulkan rasa takut atau kebingungan di kalangan siswa.
Menurut Nanan Nugraha, kegiatan ini muncul dari keprihatinan terhadap banyaknya kasus kekerasan seksual yang menimpa anak-anak karena kurangnya pemahaman dasar tentang hak tubuh.
“Kami melihat bahwa banyak anak menjadi korban karena tidak tahu bahwa mereka sebenarnya punya hak untuk menolak, untuk mengatakan tidak, dan untuk berbicara jika merasa tidak nyaman. Karena itu, kami ingin hadir dan menyampaikan hal-hal mendasar ini dengan bahasa yang bisa mereka pahami,” ungkap Nanan.
Ia menambahkan bahwa pendidikan mengenai batasan tubuh seharusnya menjadi bagian dari kurikulum tidak hanya di keluarga, tapi juga di lingkungan sekolah. “Pendidikan ini tidak bisa dibebankan hanya pada orang tua. Sekolah dan masyarakat juga harus mengambil peran,” tambahnya.
Salah satu anggota tim, Roro Tri Nur Herthira, menegaskan bahwa pencegahan kekerasan seksual terhadap anak tidak cukup hanya dilakukan dalam bentuk reaksi terhadap kasus, tapi harus melalui gerakan preventif yang sistematis dan berkelanjutan.
“Kami ingin menyampaikan bahwa kita semua punya tanggung jawab untuk melindungi anak-anak. Tidak hanya sebagai pendidik, tapi juga sebagai bagian dari masyarakat,” ucapnya. Rabu, (16/04/2025).
Respon siswa terhadap kegiatan ini pun sangat positif. Banyak dari mereka terlihat antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. Mereka aktif bertanya, menjawab pertanyaan, dan bahkan beberapa dari mereka mengungkapkan pengalaman pribadi atau perasaan tidak nyaman yang pernah mereka alami namun sebelumnya tidak tahu cara menyampaikannya.
Kepala SDN 1 Sukamukti, Engkon, S.Pd.I., menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini. Menurutnya, edukasi semacam ini sangat relevan dan dibutuhkan oleh siswa sekolah dasar yang sedang berada pada masa kritis pertumbuhan dan pembentukan karakter.
“Kami sangat terbantu dengan kehadiran mahasiswa PPG IPI Garut. Ini bukan hanya tentang pendidikan moral, tapi juga tentang perlindungan anak. Mereka jadi lebih tahu mana yang boleh dan tidak boleh, dan mereka jadi lebih berani,” tuturnya.
Engkon juga berharap kegiatan ini tidak berhenti hanya di satu sekolah. Ia mengusulkan agar edukasi tentang perlindungan anak dari kekerasan seksual bisa menjadi bagian dari program rutin sekolah atau bahkan masuk dalam kurikulum nonformal.
“Kalau bisa berkelanjutan, tentu sangat baik. Ini bentuk nyata pendidikan karakter sekaligus upaya perlindungan anak dari bahaya yang nyata,” ujarnya.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program praktik lapangan mahasiswa PPG Prajabatan IPI Garut, di mana para peserta didik profesi guru didorong untuk tidak hanya mengembangkan kemampuan mengajar, tetapi juga mengaktualisasikan nilai-nilai sosial, empati, dan kepedulian terhadap permasalahan nyata di masyarakat.
Dengan berakhirnya kegiatan ini, para mahasiswa berharap gerakan serupa dapat diikuti oleh mahasiswa lain, para guru, dan pihak-pihak terkait lainnya. Mereka percaya bahwa perlindungan terhadap anak-anak dari kekerasan seksual bukanlah tugas satu pihak, melainkan tanggung jawab kolektif semua elemen bangsa.
“Kami tahu langkah kami kecil, tapi kami percaya jika ada banyak langkah kecil lain yang berjalan bersama, maka gerakan ini akan menjadi besar dan memberi dampak nyata,” pungkas Nanan Nugraha menutup kegiatan hari itu dengan penuh harap. (DIX)