Seperti halnya kali ini,Rakyat Garut Peduli (RAGAP), menjadi salah satu gerakan yang kini tampil sebagai penggerak utama dalam upaya penyelamatan lingkungan secara konkret dan berkelanjutan.Gerakan ini digagas dan dibina langsung oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) RAGAP, Eldy Supriadi. Kepada awak media, Eldy menyampaikan bahwa RAGAP bukan sekadar komunitas, melainkan ruang kolaborasi lintas sektor yang digerakkan oleh kepedulian terhadap masa depan lingkungan di Garut.
“Kami melihat kondisi lingkungan di Garut sudah sangat mengkhawatirkan. Lihat saja alih fungsi lahan yang tidak terkendali, hutan yang semakin menipis, serta dampak bencana ekologis seperti longsor dan banjir yang makin sering terjadi. Jika ini terus dibiarkan, anak cucu kita nanti yang akan menanggung akibatnya. Maka dari itu, RAGAP hadir untuk mengajak semua pihak bergerak bersama,” kata Eldy Supriadi saat diwawancarai di kantor RAGAP, Jalan Patriot, Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (29/04/2025).
Aksi Tanam Pohon Berskala Besar
Sebagai langkah awal, RAGAP tengah mempersiapkan aksi tanam pohon secara massal di beberapa titik rawan kerusakan lingkungan. Aksi ini tidak hanya dilakukan oleh para relawan RAGAP, tetapi juga akan melibatkan Pemerintah Kabupaten Garut, BUMD, organisasi kepemudaan (OKP), LSM lingkungan, komunitas pecinta alam, hingga masyarakat umum.
“Kita ingin gerakan ini tidak eksklusif, tetapi inklusif. Semua harus terlibat. Pemerintah, swasta, pelajar, tokoh agama, petani, hingga komunitas motor sekalipun, harus menjadi bagian dari gerakan ini. Kita tidak sedang mencari panggung, tapi ingin memberi bukti nyata,” tegas Eldy.
Penanaman pohon ini akan difokuskan pada daerah-daerah yang mengalami degradasi lahan, khususnya wilayah penyangga mata air dan kawasan pegunungan yang menjadi hulu sungai di Garut. Eldy menyebut bahwa penanaman pohon adalah simbol awal dari pemulihan ekosistem.
Gerakan Jangka Panjang dan Edukasi Masyarakat
Tidak berhenti pada aksi tanam pohon, RAGAP juga akan fokus pada edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat. Menurut Eldy, penyelamatan lingkungan tidak akan efektif tanpa perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat terhadap alam.
“Kita akan masuk ke sekolah-sekolah, majelis taklim, kelompok tani, hingga komunitas pemuda desa untuk menyebarkan semangat peduli lingkungan. Edukasi ini penting agar gerakan tidak berhenti hanya pada simbol aksi, tapi menjadi kebiasaan hidup,” jelasnya.
RAGAP juga berencana membangun kemitraan dengan akademisi dan lembaga riset untuk merancang strategi penyelamatan lingkungan yang berbasis data dan ilmiah. Ini dilakukan agar langkah-langkah yang diambil benar-benar tepat sasaran dan berkelanjutan.
RAGAP sebagai Motor Penggerak Kesadaran Kolektif
Di tengah banyaknya gerakan yang hanya ramai saat bencana datang, RAGAP ingin hadir secara konsisten dalam membangun kesadaran kolektif. Eldy menegaskan, keberlangsungan gerakan ini bergantung pada kepedulian bersama.
“RAGAP ini milik rakyat Garut. Bukan milik satu orang atau kelompok. Kami hanya menjadi jembatan. Harapannya, masyarakat bisa merasa memiliki dan ikut bertanggung jawab terhadap nasib lingkungan di daerahnya masing-masing,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini RAGAP telah membentuk simpul relawan di beberapa kecamatan, dan akan terus diperluas. Dalam waktu dekat, pihaknya juga akan menggelar forum terbuka lintas komunitas untuk menyatukan visi dan menyusun peta jalan penyelamatan lingkungan Garut secara bersama-sama.
Penutup: Menjaga Alam, Menjaga Masa Depan
Kehadiran RAGAP di tengah tantangan kerusakan lingkungan di Garut memberi harapan baru. Sebuah gerakan rakyat yang bukan hanya vokal, tetapi juga bertindak. Di bawah komando Eldy Supriadi, RAGAP ingin memastikan bahwa penyelamatan lingkungan bukan hanya wacana elit, tapi menjadi tanggung jawab kolektif yang dimulai dari langkah kecil, namun terus berkelanjutan.
“Menjaga alam hari ini adalah bentuk cinta kita kepada masa depan anak cucu. Kita tidak boleh tinggal diam,” pungkas Eldy. (DIX)