Acara ini diresmikan langsung oleh Wakil Bupati Garut, drg. Hj. Luthfianisa Putri Karlina, M.BA., yang turut memberikan apresiasi atas lahirnya program berbasis karakter tersebut. Dalam peluncuran tersebut, Karnoto, S.Kep., M.Si., dilantik secara resmi sebagai Ketua GBR oleh Ketua STIKes, H. Engkus Kusnadi, S.Kep., M.Kes.
Karnoto: GBR Bukan Sekadar Gerakan, Tapi Sistem Terstruktur
Dalam sambutannya, Karnoto menyampaikan bahwa Gerakan Bersih dan Rapih (GBR) merupakan bagian dari kesadaran kolektif sivitas akademika STIKes untuk menjalani gaya hidup bersih, sehat, dan religius secara berkelanjutan.
“GBR adalah wujud nyata komitmen kampus untuk membentuk kebiasaan hidup yang baik. Ini bukan kegiatan sesaat, tetapi sebuah sistem yang akan dijalankan harian, mingguan, bulanan hingga tahunan, dengan manajemen terstruktur dan SOP yang jelas,” ujar Karnoto di hadapan peserta.
Ia menambahkan bahwa GBR tidak hanya dijalankan di lingkungan internal STIKes, tetapi juga akan disinergikan dengan berbagai pihak eksternal. “Kami ingin menjalin kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan, MUI, hingga LSM, agar gerakan ini turut mendukung program strategis pemerintah daerah,” tambahnya.
Wakil Bupati Garut: Kesadaran Lingkungan Harus Dimulai dari Diri Sendiri
Wakil Bupati Garut, Luthfianisa Putri Karlina, dalam sambutannya menegaskan bahwa Garut saat ini menghadapi tantangan lingkungan yang sangat serius. Ia menyoroti meningkatnya kasus banjir dan longsor yang terjadi akibat buruknya sistem pengelolaan sampah dan kurangnya kesadaran masyarakat.
“Garut itu kalau hujan dua hari saja langsung banjir. Bahkan belum lama ini lebih dari 40 titik terendam dan beberapa daerah longsor hingga ada korban jiwa. Ini sangat memprihatinkan,” tegas Teh Putri.
Menurutnya, akar persoalan bukan hanya pada infrastruktur yang belum merata, tetapi juga perilaku masyarakat yang masih belum memiliki kesadaran menjaga lingkungan. Ia mencontohkan kasus tempat sampah yang rusak karena komponennya dicuri atau tidak digunakan sebagaimana mestinya.
“Percuma tempat sampah disiapkan di mana-mana, kalau besinya dibongkar dan tutupnya diambil. Ini bukan soal anggaran lagi, tapi soal kesadaran kolektif. Investasi terbesar hari ini adalah kesadaran,” ujarnya.
Teh Putri juga membagikan pengalamannya dalam mengelola sampah rumah tangga, termasuk memisahkan sampah organik dan anorganik, membuat kompos, serta membudidayakan maggot sebagai pakan lele di rumahnya.
“Kalau semua warga memulai dari rumah, pekerjaan Dinas Lingkungan Hidup akan jauh lebih ringan. Dan ini bisa dimulai dari mahasiswa,” tambahnya.
Pendidikan Karakter Jadi Landasan GBR
Ketua STIKes Karsa Husada Garut, H. Engkus Kusnadi, S.Kep., M.Kes., menjelaskan bahwa GBR merupakan bagian dari visi institusinya dalam mencetak lulusan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki kesehatan fisik, mental yang kuat, dan kepedulian sosial yang tinggi.
“Kami ingin mahasiswa kami menjadi role model di masyarakat. Pintar saja tidak cukup, mereka harus peduli lingkungan, sehat secara fisik, dan religius,” kata Engkus.
Untuk mendukung implementasi GBR, pihak kampus akan melakukan penyesuaian jadwal kuliah setiap hari Jumat. Mahasiswa akan didorong untuk mengikuti rangkaian kegiatan seperti olahraga pagi, pembersihan lingkungan (opsih), dan aktivitas keagamaan sebelum mengikuti perkuliahan setelah salat Jumat.
Yayasan Dukung GBR Sebagai Masa Emas Pembentukan Karakter
Ketua Pembina Yayasan Dharma Husada Insani Garut, Dr. H. Hadiat, MA., menyambut positif inisiatif GBR dan menyebutnya sebagai bagian dari proses pembentukan karakter mahasiswa di masa transisi menuju dunia profesional.
“Mahasiswa berada di masa ‘golden period kedua’. Masa ini penting untuk menanamkan nilai-nilai hidup bersih, disiplin, spiritual, dan kepedulian sosial. Kalau kita ingin seperti negara maju, kita harus mulai dari pembangunan karakter,” tegas Hadiat.
Di sisi lain, dia berharap agar GBR tidak menjadi kegiatan seremonial belaka, tetapi benar-benar menjadi budaya yang melekat dalam kehidupan mahasiswa dan civitas akademika STIKes.
Menuju Kampus Hijau dan Religius
Dengan diluncurkannya Gerakan Bersih dan Rapih, STIKes Karsa Husada Garut menetapkan arah baru dalam menyatukan aspek pendidikan, kebersihan, kesehatan, dan spiritualitas. Program ini diharapkan mampu mencetak lulusan yang tak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara moral dan etika lingkungan.
Karnoto menutup dengan harapan bahwa GBR bisa menjadi inspirasi bagi institusi pendidikan lain di Kabupaten Garut, bahkan di tingkat nasional.
“Kami tidak ingin gerakan ini berhenti di kampus. Kami ingin GBR menyebar menjadi budaya hidup masyarakat Garut secara keseluruhan,” pungkasnya. (Red)