FARGAM Kritik Arah Kebijakan: Garut Hebat Dinilai Kehilangan Peta Jalan

- Jurnalis

Selasa, 2 September 2025 - 09:43 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Nusaharianmedia.com 02/09/2025 — Slogan Garut Hebat yang dulu dielu-elukan kini mulai terdengar seperti gema kosong di dinding birokrasi. Front Aksi Rakyat Garut Menggugat (FARGAM) menuding pemerintahan Bupati Syakur Amin dan Wakil Bupati Putri Karlina kehilangan arah karena tidak memiliki blue print dan road map pembangunan yang jelas.

 

Ketua FARGAM, Wa Ateng, menyebut kekuasaan di Garut hari ini miskin sentuhan politik. Program mungkin berjalan, tetapi berdiri tanpa fondasi legitimasi. “Kebijakan bisa dijalankan, tapi efek politik dan keterlibatan pemangku kepentingan hampir tidak pernah diperhitungkan. Pemerintahan seperti ini ibarat panggung megah yang sepi penonton, ramai acara tapi hampa makna,” tegasnya, Senin (1/9/2025).

 

Ia menyorot betapa partai politik, relawan, dan kelompok masyarakat yang dulu berjibaku memenangkan pasangan kepala daerah kini dipinggirkan. “Kekuasaan seolah hanya dikelola segelintir elit yang bahkan tidak punya jejak perjuangan. Lebih berbahaya lagi, elit ini hanya numpang hidup di ruang kekuasaan yang dibangun keringat banyak orang,” ujarnya.

 

Mutasi birokrasi: reformasi atau sekadar dekorasi?

Kritik makin tajam ketika Wa Ateng menyinggung rotasi-mutasi pejabat Agustus lalu. Menurutnya, apa yang dipertontonkan Pemkab Garut jauh dari semangat reformasi birokrasi. Alih-alih menghadirkan energi baru, mutasi hanya jadi ritual seremonial—sekadar memindahkan kursi tanpa mengubah isi kepala.

Baca Juga :  SDN 1 Karangmulya Meriahkan Anugerah Gapura Sri Baduga di Kelurahan Karangmulya

 

“Rakyat tidak menunggu siapa kepala dinasnya, rakyat menunggu apa gagasannya. Apa pembaruan yang mereka bawa? Mutasi kemarin ibarat mengganti wayang tanpa mengubah lakon. Hasilnya, panggung tetap sama, cerita tetap basi,” sindir Wa Ateng.

 

Ia menegaskan bahwa birokrasi seharusnya menjadi motor perubahan, bukan museum jabatan. Jika mutasi hanya dipahami sebagai job fair internal tanpa muatan ide, maka reformasi tinggal jargon. “Kalau ujung tombak tumpul, jangan harap bisa menembus tantangan zaman. Mutasi harusnya jadi shock therapy, tapi yang kita lihat hanyalah arisan jabatan,” ujarnya pedas.

 

Legitimasi politik: fondasi yang dilupakan

Bagi FARGAM, persoalan terbesar bukan pada teknis program, melainkan absennya konsolidasi politik. Kekuasaan yang seharusnya dibangun dari kerja kolektif berubah jadi milik segelintir orang. “Tanpa sharing power, teman bisa jadi lawan. Demokrasi punya hukum alam sendiri—siapa yang tak pandai merawat basis, cepat atau lambat akan tumbang,” kata Wa Ateng.

 

Ia menegaskan, jabatan kepala daerah bukanlah hadiah, melainkan amanat perjuangan banyak pihak. “Mengabaikan basis legitimasi sama saja mengabaikan fondasi rumah. Akhirnya, rumah megah bernama Garut Hebat bisa ambruk hanya karena pondasinya dibiarkan rapuh,” tambahnya.

Baca Juga :  Dua Bulan Dibiarkan, Warga Cipadung Korban Pergeseran Tanah Menanti Tangan Pemerintah

 

Demokrasi bukan pesta sehari

Wa Ateng mengingatkan, demokrasi tidak berhenti pada hari kemenangan. Ia menuding pemerintah saat ini terjebak dalam lingkaran elitisme yang menutup ruang partisipasi. “Stakeholder harus dilibatkan, bukan cuma elit tertentu. Itu bukan basa-basi etika, tapi kebutuhan nyata untuk menjaga keseimbangan kekuasaan,” ujarnya.

 

Lebih jauh, ia memberi peringatan keras: sejarah politik Garut penuh contoh bagaimana pemimpin yang lupa merawat dukungan akhirnya tersungkur lebih cepat dari yang dibayangkan. “Siapa pun yang gagal menjaga legitimasi akan berakhir di ruang sunyi, ditinggalkan kawan, disoraki lawan,” katanya.

 

Retorika kosong Garut Hebat

Pada akhirnya, FARGAM menyebut Garut Hebat berisiko menjadi sekadar retorika. Slogan hanya tinggal hiasan jika tidak ditopang peta jalan yang jelas, konsolidasi politik yang rapi, dan reformasi birokrasi yang sungguh membawa spirit perubahan.

 

“Bupati dan Wakil Bupati harus sadar, jabatan itu amanat. Ia lahir dari keringat, loyalitas, dan doa banyak orang. Jika pemerintahan berjalan tanpa arah, tanpa konsolidasi, tanpa reformasi, maka Garut Hebat hanya tinggal papan nama, bukan kenyataan,” pungkas Wa Ateng.

Berita Terkait

Seminar Naskah Akademik PII Garut Dorong Perda Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila, Islam, dan Budaya Sunda
Operasi Lilin Lodaya 2025, Polres Garut Terapkan One Way Antisipasi Kepadatan Lalu Lintas
Rehabilitasi Jembatan Bokor Rampung, Akses Vital Warga Tanjung Mulya Kembali Aman
Peringati HUT ke-49, Perumda Tirta Intan Garut Dorong Inovasi dan Peningkatan Layanan Air Bersih
PAN Tetapkan Tiga Formatur DPD Garut Periode 2025–2030
Koalisi Mahasiswa Garut Soroti Pengabaian Aspirasi Rakyat dan Krisis Legitimasi DPRD
PPP Garut Gelar Madrasah Kader Partai, Ayi Suryana Tekankan Kader Berintegritas dan Berjiwa Kepemimpinan
Melalui Pentas Seni Komite Sekolah Tumbuhkan Kreativitas dan Kepercayaan Diri Siswa
Berita ini 8 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 25 Desember 2025 - 17:06 WIB

Seminar Naskah Akademik PII Garut Dorong Perda Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila, Islam, dan Budaya Sunda

Kamis, 25 Desember 2025 - 11:14 WIB

Operasi Lilin Lodaya 2025, Polres Garut Terapkan One Way Antisipasi Kepadatan Lalu Lintas

Rabu, 24 Desember 2025 - 22:01 WIB

Rehabilitasi Jembatan Bokor Rampung, Akses Vital Warga Tanjung Mulya Kembali Aman

Rabu, 24 Desember 2025 - 13:47 WIB

Peringati HUT ke-49, Perumda Tirta Intan Garut Dorong Inovasi dan Peningkatan Layanan Air Bersih

Rabu, 24 Desember 2025 - 09:25 WIB

PAN Tetapkan Tiga Formatur DPD Garut Periode 2025–2030

Berita Terbaru

Pendidikan

PAN Tetapkan Tiga Formatur DPD Garut Periode 2025–2030

Rabu, 24 Des 2025 - 09:25 WIB