Di usia yang relatif muda, Dedi telah mampu membuktikan bahwa semangat, ketulusan, dan keterbukaan menjadi kunci utama dalam membangun kepercayaan publik. Bukan hanya sekadar memimpin secara administratif, Dedi menjadikan jabatannya sebagai kepala desa sebagai medan pengabdian penuh makna bagi masyarakat yang dipimpinnya.
Beragam program telah ia inisiasi dengan orientasi utama pada kesejahteraan masyarakat. Salah satu yang paling menonjol adalah program pengembangan sektor pertanian lokal. Dalam beberapa tahun terakhir, Dedi aktif mendorong modernisasi pertanian di desa Cigadog, mulai dari pendampingan teknis, penyediaan alat pertanian sederhana, hingga kerja sama dengan instansi terkait untuk membantu petani mendapatkan akses pupuk dan bibit unggul.
Tak hanya sektor pertanian, perhatian Dedi juga menyentuh ranah pendidikan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.
Melalui kerja sama dengan para tokoh pendidikan di tingkat lokal dan kecamatan, Dedi memfasilitasi berbagai bentuk bantuan pendidikan, mulai dari seragam sekolah, perlengkapan belajar, hingga beasiswa informal yang dananya bersumber dari program desa.
Menurut warga, Dedi bukanlah tipe pemimpin yang menjaga jarak atau merasa eksklusif karena jabatan. Ia justru hadir dalam keseharian masyarakat mulai dari membantu warga saat panen, menjenguk yang sakit, hingga hadir dalam diskusi santai di warung kopi atau pos ronda. Kepemimpinannya yang inklusi, transparan, dan partisipatif membuat setiap warga merasa memiliki ruang untuk bersuara dan dilibatkan dalam proses pembangunan desa.
“Kami sangat beruntung punya kepala desa seperti Pak Dedi. Beliau itu mendengarkan, bukan hanya mendengar. Tidak pernah ada jarak antara dia dan kami warga,” tutur salah seorang warga Cigadog yang tak ingin disebutkan namanya.
Apresiasi terhadap sosok Dedi tidak hanya datang dari kalangan masyarakat. Sejumlah tokoh di Kecamatan Cikelet pun menilai bahwa gaya kepemimpinan Dedi bisa menjadi role model bagi para kepala desa lainnya di Garut.
Bagi mereka, apa yang dilakukan Dedi merupakan representasi nyata dari bagaimana seorang pemimpin desa bisa mengubah wajah desa melalui pendekatan yang humanis dan terukur.
Tak ayal, dalam berbagai pertemuan dan forum kecamatan, nama Dedi kerap disebut sebagai kepala desa dengan dedikasi tinggi dan kemampuan membangun relasi sosial yang kuat di akar rumput.
Dari sudut pandang para jurnalis lokal yang kerap meliput dinamika pemerintahan desa, Dedi dinilai sebagai salah satu pejabat publik yang menunjukkan dedikasi tanpa batas waktu. Ketika kebanyakan pemimpin bekerja dalam jam-jam formal, Dedi justru hadir di luar jam kerja saat warganya membutuhkan bantuan mendesak, ketika bencana kecil menimpa, atau bahkan hanya untuk memastikan seorang lansia bisa mendapatkan bantuan tepat waktu.
“Ya, saya selaku kepala desa tidak pernah jauh dari masyarakat dan saya selalu ada bersama mereka, siap membantu dan mendukung setiap keinginan warga dalam setiap situasi,” kata Dedi saat dihubungi awak media via WhatsApp, Selasa (04/08/2025).
Dalam percakapan itu, Dedi juga menekankan bahwa kepercayaan masyarakat adalah amanah yang harus dibalas dengan kerja nyata, bukan janji atau pencitraan semata.
“Warga desa bukan hanya butuh pemimpin yang hadir saat seremonial, tapi yang ada di samping mereka ketika susah dan butuh pertolongan. Itulah yang saya usahakan selama ini,” tambahnya.
Kehadirannya yang konsisten di tengah masyarakat telah menciptakan ikatan emosional yang kuat antara dirinya dan warganya. Tak sedikit warga yang menyebut Dedi sebagai bukan sekadar seorang pemimpin, melainkan juga sahabat, pendengar yang baik, dan penggerak semangat di kala masyarakat menghadapi tantangan.
Kini, Desa Cigadog perlahan berubah. Warga lebih percaya diri, partisipasi dalam musyawarah desa meningkat, dan semangat gotong royong kembali tumbuh kuat. Semua ini tidak lepas dari pendekatan kepemimpinan yang membumi dan berorientasi pada keberdayaan masyarakat.
Jika tren ini terus berlangsung, bukan tidak mungkin nama Dedi Rudiana akan menjadi salah satu figur penting yang menginspirasi gelombang baru pemimpin muda di Garut dan bahkan Jawa Barat.
Dalam era yang sering kali dijejali narasi pesimisme terhadap birokrasi, kisah Dedi adalah secercah cahaya bahwa pemimpin sejati itu ada, dan mereka bekerja bukan untuk popularitas, melainkan untuk kemaslahatan masyarakatnya. (Dens)
