Garut,Nusaharianmedia.com – Dari lereng tenang dan subur di kawasan Karangpawitan, Garut, muncul sebuah nama yang perlahan tapi pasti mulai dikenal di kalangan pecinta kopi, yakni Lebak Siuh.
Kopi dengan cita rasa khas dan aroma yang menyengat namun lembut ini lahir dari tangan-tangan petani lokal yang penuh dedikasi, salah satunya adalah Kang Darda, petani kopi yang menjadi motor penggerak pengolahan kopi di daerah tersebut.
Lebak Siuh bukan sekadar nama merek, melainkan juga nama sebuah gunung kecil yang terletak di wilayah Karangpawitan, tepatnya di jalur dari Nagrog ke dataran tinggi.
Menurutnya,wilayah ini memiliki kontur tanah dan iklim yang sangat cocok untuk tanaman kopi. Tak heran bila hasil kopi dari kawasan ini memiliki karakteristik yang berbeda dibanding daerah lain.
“Lebak Siuh ini bukan hanya tempat, tapi juga sumber identitas. Dari sini kami petik biji terbaik, dan dari sini pula aroma yang begitu khas itu berasal,” ujar Kang Darda saat ditemui di kebunnya yang terhampar hijau di balik kabut pagi Karangpawitan. Selasa, (22/04/2025).
Kang Darda telah menekuni dunia pertanian kopi sejak lebih dari satu dekade lalu. Dengan memanfaatkan potensi alam Lebak Siuh, ia bersama sejumlah petani lainnya mulai mengembangkan kopi dari hulu ke hilir dari budidaya, pemetikan, pengolahan pascapanen, hingga pemasaran.
Tak hanya mengandalkan metode konvensional, ia pun kini aktif memasarkan produk kopi secara online.
“Alhamdulillah, sekarang langganan kami sudah sampai ke luar kota. Ada dari Bandung, Jakarta, Cirebon, bahkan beberapa dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mereka rata-rata suka karena aroma kopi kami kuat tapi tidak pahit, ada sensasi lembut di akhirnya,” ungkap Kang Darda sambil menunjukkan proses pengeringan biji kopi secara alami di halaman rumahnya.
Kopi Lebak Siuh dikenal memiliki profil rasa yang unik. Mengandung sentuhan earthy, dengan aroma floral dan hint cokelat yang samar, membuatnya mampu memikat para penikmat kopi dari berbagai kalangan.
Proses pengolahan yang dilakukan secara hati-hati, mulai dari pemilahan biji, fermentasi, penjemuran, hingga sangrai, menjadikan produk ini memiliki kualitas yang konsisten.
Menurut Kang Darda, keberhasilan pemasaran kopi Lebak Siuh tak lepas dari semangat gotong royong dan komitmen petani setempat untuk menjaga mutu. Ia juga menyebut pentingnya edukasi bagi para petani mengenai teknik budidaya dan pengolahan yang benar agar kopi Garut, khususnya dari Karangpawitan, mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional.
“Ini soal kebanggaan. Kami ingin kopi dari Karangpawitan dikenal dan dihargai. Ini bukan cuma soal ekonomi, tapi juga tentang warisan dan jati diri,” tegasnya.
Kini, Kang Darda tengah merintis rencana untuk membentuk koperasi petani kopi Lebak Siuh agar produksi dan pemasaran dapat dikelola secara lebih profesional.
Sementara, dia juga berharap ada dukungan dari pemerintah daerah dan pihak swasta untuk membantu petani lokal dalam hal pelatihan, alat produksi, serta akses pasar yang lebih luas.
“Kalau semua kompak, saya yakin kopi Garut bisa jadi primadona di kancah nasional. Kita punya alam yang luar biasa, tinggal bagaimana kita kelola dan pasarkan dengan cerdas,” tutup Kang Darda penuh semangat.
Dengan semangat seperti yang ditunjukkan oleh Kang Darda dan para petani lainnya, kopi Lebak Siuh perlahan namun pasti mulai mengukir namanya sebagai salah satu kekayaan rasa dari tanah Pasundan yang siap menyihir para pecinta kopi di manapun berada. (Eldy)