Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), desa ini menunjukkan bahwa kemajuan dan kemandirian ekonomi bisa dimulai dari akar rumput, dengan kepemimpinan yang visioner dan pengelolaan yang profesional.
Rosidin, Kepala Desa Pasanggrahan, yang mempelopori kebangkitan ekonomi berbasis lokal ini. Dengan komitmen yang kuat dan semangat membangun dari bawah, ia menyulap BUMDes menjadi motor penggerak perekonomian warga.
Di sisi lain hal tersebut,tak hanya menjadi sumber pendapatan desa, BUMDes Pasanggrahan juga menjadi ruang bagi partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan.
“Kita tidak bisa lagi menunggu bantuan datang dari luar. Desa harus bergerak sendiri, memaksimalkan potensi yang dimiliki, dan BUMDes adalah kendaraan utamanya,” ujar Rosidin saat diwawancarai awak media pada. Minggu, (04/08/2025).
Dari Ide Menjadi Aksi: BUMDes yang Bertumbuh Bersama Warga
BUMDes Pasanggrahan bukan sekadar papan nama atau formalitas program. Di bawah pengelolaan yang cermat, lembaga ini mengembangkan berbagai unit usaha yang menyentuh langsung kebutuhan dan potensi warga desa.
Salah satu program unggulannya adalah ketahanan pangan, yang telah melibatkan puluhan keluarga sebagai mitra. Sistem kerja sama dibangun dengan skema yang adil: BUMDes membeli gabah,menjual dan menyediakan lahan untuk sarana juga pra sarang, sementara warga bertanggung jawab atas perawatan harian. Hasil panen kemudian dijual melalui jalur distribusi yang telah dibangun oleh BUMDes.
“Model ini bukan hanya menggerakkan ekonomi, tapi juga membangun kepercayaan dan rasa memiliki. Warga tahu bahwa hasil kerja keras mereka dihargai,” kata Direktur BUMDes.
Selain peternakan, unit usaha lain seperti pengelolaan taman desa, jasa logistik pertanian, dan perdagangan hasil tani pun ikut menyumbang geliat ekonomi lokal.
Sementara taman desa yang dulunya terbengkalai, kini menjadi tempat wisata sederhana yang ramai dikunjungi, terutama saat akhir pekan. Warga pun mendapat peluang baru, dari membuka warung kecil, menjual hasil kerajinan, hingga menyewakan wahana permainan anak.
Pemuda Tak Lagi Merantau: Desa Jadi Tempat Berkarya
Dampak dari kebangkitan BUMDes juga terasa dalam perubahan pola pikir masyarakat, terutama kalangan muda. Jika sebelumnya banyak pemuda desa memilih meninggalkan kampung halaman untuk mencari penghidupan di kota, kini tren itu mulai berubah. Peluang usaha dan keterlibatan dalam pengelolaan unit BUMDes menjadi daya tarik tersendiri.
“Dulu saya ingin kerja di Bandung. Tapi sekarang saya lebih memilih tinggal di sini, bantu BUMDes dan ikut usaha ayam petelur. Hasilnya cukup buat hidup dan bisa dekat keluarga,” ujar salah seorang pemuda desa yang enggan disebutkan namanya oleh awak media.
Kepercayaan Lahir dari Transparansi
Tak hanya sukses di sektor usaha, BUMDes Pasanggrahan juga menjadi percontohan dalam hal tata kelola keuangan. Setiap kegiatan usaha dicatat secara rinci, dan laporan keuangan dibuka secara berkala dalam forum musyawarah desa. Rosidin menekankan bahwa transparansi adalah kunci kepercayaan.
“Kami pastikan tidak ada dana yang disembunyikan. Semua warga punya hak untuk tahu ke mana uang desa mengalir dan apa manfaatnya. Kalau BUMDes mau dipercaya, ya harus terbuka,” tegasnya.
Sikap ini menjadikan Desa Pasanggrahan sering menjadi rujukan studi banding bagi desa-desa lain di Kabupaten Garut, bahkan luar kabupaten. Banyak kepala desa yang datang ingin belajar langsung bagaimana mengelola BUMDes agar benar-benar produktif dan dipercaya warga.
Langkah Menuju Desa Masa Depan: Digitalisasi dan Ekspansi Usaha
Tidak berhenti pada keberhasilan saat ini, Pemerintah Desa Pasanggrahan tengah menyiapkan langkah transformasi digital.
Pengelolaan keuangan dan data usaha akan segera dialihkan ke sistem digital berbasis aplikasi agar lebih efisien dan mudah diawasi.
Selain itu, pelatihan-pelatihan kewirausahaan juga mulai digalakkan, menyasar ibu rumah tangga dan pemuda.
Rosidin juga membuka wacana untuk membentuk koperasi desa berbasis BUMDes, serta mengoptimalkan lahan-lahan kosong milik desa untuk dijadikan pusat ekonomi produktif, seperti kebun sayur organik, peternakan terpadu, dan sentra UMKM.
“Semua harus maju bersama. BUMDes bukan milik pemerintah desa, tapi milik seluruh warga. Dan kami ingin terus bergerak, menyesuaikan dengan zaman,” pungkas Rosidin.
Arah Baru untuk Desa-desa di Garut
Kisah BUMDes Pasanggrahan adalah gambaran bahwa pembangunan desa tidak harus bergantung sepenuhnya pada anggaran besar atau bantuan pusat. Dengan kemauan, transparansi, dan keterlibatan masyarakat, desa bisa menjadi poros ekonomi yang kokoh dan mandiri.
Di bawah kepemimpinan Rosidin, BUMDes Pasanggrahan telah menjadi bukti nyata bahwa perubahan bisa dimulai dari desa dari kolaborasi, dari kepercayaan, dan dari langkah kecil yang konsisten.
Kini, Pasanggrahan bukan lagi sekadar nama desa di lereng Sukawening, tetapi simbol kebangkitan ekonomi yang layak ditiru. (Red)