Garut, Nusaharianmedia.com – Dunia jurnalistik menghadapi tantangan besar dengan munculnya wartawan tanpa kompetensi yang jelas. Presiden Ruang Rakyat Garut (RRG), Eldy Supriadi, menyoroti fenomena ini sebagai ancaman bagi profesionalisme pers. Menurutnya, semakin banyak individu yang mengaku jurnalis tanpa memahami kode etik dan standar jurnalistik yang benar.
“Profesi jurnalis adalah pilar utama dalam penyampaian informasi yang benar dan berimbang. Namun, saat ini banyak oknum yang mengatasnamakan diri sebagai wartawan hanya demi kepentingan pribadi,” ujar Eldy Supriadi.
Fenomena ini semakin marak seiring dengan kemudahan mendirikan media tanpa adanya regulasi yang ketat. Banyak pihak dari berbagai latar belakang, seperti mantan wartawan hingga pekerja informal, mencetak kartu pers sendiri dan beroperasi tanpa memiliki dasar jurnalistik yang memadai. Mereka sering kali tidak menjalankan tugas jurnalistik secara profesional, melainkan sekadar mencari keuntungan dengan mengancam atau menekan narasumber.
Bahkan, ada sejumlah media yang justru mengeksploitasi wartawan mereka dengan sistem setoran berita tanpa gaji. Situasi ini semakin memperburuk citra pers di mata masyarakat.
“Ini bukan hanya merusak kepercayaan publik terhadap media, tapi juga menciptakan ketakutan di kalangan narasumber karena adanya praktik pemerasan yang dilakukan oleh oknum yang mengaku wartawan,” tambah Eldy.
Salah satu contoh nyata terjadi di Garut pada 2015, ketika seorang pengepul botol bekas diperas oleh dua orang yang mengaku sebagai wartawan. Mereka mengancam akan menyebarkan informasi negatif jika tidak diberikan sejumlah uang. Kasus ini akhirnya ditangani oleh pihak kepolisian setelah mendapat laporan dari Dewan Pers.
Eldy menegaskan bahwa masyarakat harus lebih kritis dalam menerima informasi dan memastikan kredibilitas jurnalis yang mereka temui. “Jurnalisme harus kembali ke marwahnya sebagai profesi yang bermartabat. Kita harus membedakan antara jurnalis sejati dengan mereka yang hanya menjadikan profesi ini sebagai alat kepentingan pribadi,” tegasnya.
Ia pun mendorong adanya penguatan regulasi serta pembinaan bagi insan pers agar standar jurnalistik tetap terjaga.
“Hanya dengan profesionalisme dan integritas, pers bisa kembali menjadi pilar demokrasi yang sesungguhnya,” pungkas Eldy Supriadi. (Dens)