Garut,Nusaharianmedia.com – Hari Pers Nasional bukan sekadar perayaan, tetapi juga momentum refleksi bagi insan pers di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Di tengah dinamika politik pasca pelantikan Bupati dan Wakil Bupati baru, muncul harapan besar agar dunia jurnalistik di Garut semakin profesional, berintegritas, dan bebas dari praktik-praktik yang mencoreng nama baik pers.
Pers Abal-abal dan Degradasi Profesi Jurnalistik
Salah satu persoalan krusial yang dihadapi insan pers Garut adalah maraknya wartawan abal-abal. Fenomena ini tidak hanya merugikan jurnalis yang bekerja secara profesional, tetapi juga merusak kepercayaan masyarakat terhadap media.
Banyak individu yang tanpa latar belakang jurnalistik mendirikan media dengan modal minim dan merekrut orang-orang yang tidak memiliki kompetensi. Ironisnya, beberapa dari mereka justru menyalahgunakan profesinya untuk kepentingan pribadi, seperti melakukan pemerasan dan memanfaatkan status wartawan untuk kepentingan lain, seperti menjadi pengacara atau aktivis LSM.
Diki Kusdian, seorang jurnalis di Kabupaten Garut, menegaskan pentingnya edukasi bagi masyarakat agar mereka tidak mudah tertipu oleh oknum yang mengaku sebagai wartawan. Ia mendorong masyarakat untuk selalu memverifikasi identitas wartawan, memastikan legalitas medianya, serta tidak segan melaporkan ke pihak berwenang jika menemukan indikasi penyalahgunaan profesi.
Harapan Akan Perubahan Regulasi dan Penegakan Etika
Dengan adanya kepemimpinan baru di Kabupaten Garut, insan pers berharap pemerintah daerah mengambil langkah konkret untuk membenahi kondisi pers. Regulasi yang lebih ketat diperlukan untuk memastikan hanya media yang memiliki legalitas dan wartawan yang memiliki kompetensi yang dapat beroperasi.
Selain itu, organisasi pers juga memiliki tanggung jawab besar dalam menegakkan standar etika jurnalistik. Peran aktif dari Dewan Pers, organisasi wartawan, dan media mainstream sangat dibutuhkan untuk memastikan praktik jurnalisme yang sehat dan profesional tetap terjaga.
Menjaga Independensi dan Meningkatkan Kualitas Pers
Di tengah harapan akan perubahan, tantangan lain yang dihadapi pers di Garut adalah independensi media. Banyak media lokal yang masih bergantung pada kepentingan tertentu, sehingga sulit mempertahankan objektivitas dalam pemberitaan. Insan pers harus mampu menjaga jarak dari kepentingan politik atau ekonomi yang dapat mengganggu integritas mereka.
Selain itu, peningkatan kapasitas wartawan juga menjadi kebutuhan mendesak. Pelatihan jurnalistik yang berkualitas, pemahaman mendalam tentang kode etik, serta penguasaan teknologi media menjadi aspek penting yang harus terus dikembangkan.
Kesimpulan: Momen Perubahan yang Harus Dimanfaatkan
Hari Pers Nasional tahun ini harus menjadi titik tolak bagi insan pers di Garut untuk menuntut perubahan yang nyata. Profesionalisme dan integritas jurnalistik harus ditegakkan, sementara praktik-praktik yang merusak citra pers harus ditindak dengan tegas.
Masyarakat, pemerintah, dan insan pers sendiri memiliki peran dalam mewujudkan ekosistem media yang sehat. Hanya dengan komitmen bersama, pers di Garut bisa benar-benar menjadi pilar keempat demokrasi yang berfungsi dengan baik—sebagai penyampai kebenaran, pengawas kebijakan publik, serta pembela kepentingan masyarakat. (Moch.G)