(Oleh: Ketua LIBAS, Tedi Sutardi)
Dalam beberapa tahun terakhir, bencana alam seolah menjadi tamu yang tak diundang. Banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, hingga cuaca ekstrem semakin sering terjadi, membawa dampak besar bagi kehidupan manusia. Infrastruktur hancur, korban jiwa berjatuhan, dan keberlangsungan hidup pun terancam. Namun, apakah ini semata-mata kesalahan alam? Atau justru kita sendiri yang menjadi penyebabnya?
Alam Menjaga, Manusia Merusak
Secara alami, bumi memiliki mekanisme keseimbangan. Hutan berfungsi sebagai penyerap air dan penghasil oksigen, sungai mengalirkan kehidupan, dan udara bersih menjadi sumber kesehatan. Namun, semua ini berubah ketika manusia mulai merusak ekosistem.
Deforestasi tanpa reboisasi, penambangan liar, pencemaran sungai, serta eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan telah mengganggu keseimbangan tersebut. Demi kepentingan ekonomi jangka pendek, kita mengabaikan konsekuensi jangka panjang yang justru berbalik merugikan kita sendiri.
Krisis Iklim: Alam Mengirimkan Peringatan
Perubahan iklim bukan lagi sekadar teori, melainkan realitas yang kita hadapi. Suhu bumi meningkat, musim semakin tidak menentu, dan bencana hidrometeorologi kian sering terjadi. Ini bukan semata-mata fenomena alam, melainkan dampak dari ulah manusia yang mengabaikan prinsip keberlanjutan.
Banjir yang semakin parah bukan hanya akibat hujan deras, tetapi juga disebabkan oleh berkurangnya daerah resapan air, sungai yang dipenuhi sampah, serta pembangunan yang tidak memperhitungkan keseimbangan ekologi. Begitu pula dengan tanah longsor yang kerap terjadi di daerah perbukitan akibat penggundulan hutan tanpa kendali.
Jangan Salahkan Alam, Waktunya Berbenah
Jika lingkungan semakin tidak bersahabat, itu bukan tanda untuk pasrah, melainkan momen untuk introspeksi. Kita harus bertanya pada diri sendiri: sudahkah kita menjaga alam, atau justru menjadi perusaknya?
Pemerintah harus memperketat regulasi lingkungan, perusahaan harus menerapkan prinsip bisnis berkelanjutan, dan masyarakat harus lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. Langkah-langkah kecil seperti mengurangi sampah plastik, membuang sampah pada tempatnya, menanam pohon, dan menjaga ekosistem bisa menjadi awal perubahan besar.
Kesadaran Kolektif untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Ketika alam mulai “murka,” itu adalah peringatan bagi kita semua. Tidak cukup hanya mengeluh atau mencari kambing hitam. Saatnya kita bertindak, mengambil peran dalam menjaga lingkungan agar generasi mendatang masih bisa menikmati bumi yang layak huni. Dengan kesadaran kolektif dan aksi nyata, kita bisa memperbaiki hubungan yang retak antara manusia dan alam, sebelum segalanya terlambat.