Dera Hermana, Ketua Bappilu PDI Perjuangan: Menyelamatkan Bumi Harus Dimulai dengan Menumbangkan Kapitalisme

Avatar photo

- Jurnalis

Selasa, 22 April 2025 - 23:48 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Garut,Nusaharianmedia.com – Momentum peringatan Hari Bumi 2025, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDI Perjuangan Kabupaten Garut, Dera Hermana, menyampaikan sikap kritis dan tajam terhadap sistem kapitalisme global yang menurutnya menjadi akar utama dari krisis lingkungan hidup yang kian mengkhawatirkan.
Dalam pernyataan yang disampaikannya Senin malam (22/04/2025).

Sementara,Dera menekankan bahwa segala bentuk upaya pelestarian lingkungan akan sia-sia jika tidak diikuti dengan langkah serius untuk membongkar dan mengganti sistem ekonomi kapitalis yang selama ini menggerogoti bumi secara sistemik.

“Perjuangan lingkungan yang sejati harus menjadi bagian dari perjuangan menumbangkan kapitalisme,” tegas Dera.

Ia menjelaskan bahwa sistem kapitalisme telah mengatur cara produksi secara radikal demi keuntungan semata, tanpa mempertimbangkan dampak ekologis jangka panjang maupun keselamatan manusia.

Menurutnya, semua kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini mulai dari deforestasi, polusi udara dan air, kerusakan tanah, punahnya spesies, hingga krisis iklim global—bukanlah kebetulan, melainkan akibat langsung dari sistem produksi kapitalistik yang eksploitatif.

“Sistem ini menempatkan manusia dan alam sebagai komoditas. Keduanya dianggap sebagai alat produksi yang harus diperas hingga kering demi kepentingan akumulasi modal. Selama logika ini dibiarkan hidup, maka kerusakan akan terus berlanjut,” jelasnya.

Di sisi lain, Dera juga mengkritik keras pendekatan-pendekatan ‘jalan tengah’ yang selama ini banyak ditawarkan oleh negara dan korporasi, seperti konsep green economy, carbon trading, atau kampanye ‘ramah lingkungan’ yang justru dimanfaatkan oleh korporasi besar untuk menutupi praktik bisnis yang tetap eksploitatif.

“Memilih jalan tengah dengan maksud agar terjadi keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan adalah ilusi. Itu omong kosong yang dikemas dengan bahasa manis. Padahal kenyataannya, bumi terus dihancurkan demi pertumbuhan ekonomi yang hanya menguntungkan segelintir orang,” kata Dera.

Ia menilai bahwa kapitalisme secara fundamental tidak dirancang untuk menjaga keseimbangan ekologis. Sistem ini hanya mengenal ekspansi tanpa batas, dan pada akhirnya membawa umat manusia menuju jurang kehancuran lingkungan yang permanen.

Di tengah semakin seringnya bencana ekologis seperti banjir bandang, tanah longsor, kekeringan ekstrem, dan badai akibat perubahan iklim, Dera menegaskan bahwa solusi sejati hanya ada pada kekuatan rakyat pekerja. Ia menyebut rakyat pekerja sebagai satu-satunya kekuatan sosial yang mampu memutus rantai eksploitasi dan membangun tatanan baru yang berkeadilan ekologis.

“Jutaan manusia mati sia-sia di atas reruntuhan tanah longsor, di bawah kayu dan lumpur banjir bandang, dalam kelaparan, sakit, dan badai yang semuanya merupakan akibat dari perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Ini bukan bencana alam semata, ini bencana sistemik,” ujarnya.

Menurut Dera, penyadaran kolektif bahwa kapitalisme adalah sumber masalah utama menjadi langkah awal untuk membangun kekuatan perubahan. Ia juga menekankan pentingnya membangun pemahaman bahwa kesejahteraan manusia tidak mungkin bisa diraih secara berkelanjutan tanpa memulihkan dan melestarikan lingkungan secara serius.

Menutup pernyataannya, Dera Hermana menyerukan agar Hari Bumi tahun ini bukan hanya menjadi seremoni tahunan, tetapi menjadi momen perlawanan terhadap sistem yang menindas.

“Jika kita ingin menyelamatkan bumi, maka kapitalisme harus ditumbangkan. Tidak ada jalan lain. Saatnya rakyat bangkit, bersatu, dan membangun tatanan baru yang adil bagi manusia dan alam,” pungkasnya.

Pernyataan keras Dera ini menjadi cermin keberanian politik untuk membongkar akar persoalan lingkungan secara mendalam.

Di tengah narasi umum yang cenderung normatif dan kompromistis, sikapnya mengingatkan publik bahwa perjuangan lingkungan sejati adalah perjuangan struktural, bukan sekadar kampanye penghijauan. (Red)

Baca Juga :  Polsek Leuwigoong Monitoring Pembagian Malam Bergizi Gratis untuk Siswa

Berita Terkait

Ade Hendarsah Terpilih Secara Aklamasi sebagai Ketua Kwarcab Pramuka Garut
Senam Massal Se-Kabupaten Garut: Pemerintah dan Wahegar Ajak Warga Jadi Sehat dan Bahagia
Dorong Transparansi, HMI Garut: Pengesahan Kode Etik BK Wujud Komitmen DPRD Menjaga Marwah Lembaga
Sinergi Masyarakat dan Pemerintah, Pemkab Garut Terima Hibah Tanah di Kelurahan Karangmulya sebagai Wujud Nyata Dukungan terhadap Pembangunan Daerah
Adelio Siap Gas Industri Musik Garut: “Kita Nggak Boleh Kalah Bersaing!”
Dena Nur Aenunnisa, Siswi SDN 1 Pakuwon Garut Ukir Prestasi Model hingga Tingkat Nasional
Pembina Dewan Kebudayaan Kabupaten Garut, H. Rudi Gunawan, S.H., M.H., M.P.: Film Dokumenter “Gunung Nagara” Jadi Langkah Konkret Pelestarian Tradisi, Budaya, dan Sejarah Garut
Adu Banteng di Cicalengka, Mobil Dinas Camat Pamengpeuk Tabrakan dengan Angkutan Umum, Satu Luka Serius
Berita ini 40 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 16 November 2025 - 05:57 WIB

Ade Hendarsah Terpilih Secara Aklamasi sebagai Ketua Kwarcab Pramuka Garut

Sabtu, 15 November 2025 - 17:24 WIB

Senam Massal Se-Kabupaten Garut: Pemerintah dan Wahegar Ajak Warga Jadi Sehat dan Bahagia

Jumat, 14 November 2025 - 21:28 WIB

Dorong Transparansi, HMI Garut: Pengesahan Kode Etik BK Wujud Komitmen DPRD Menjaga Marwah Lembaga

Kamis, 13 November 2025 - 19:07 WIB

Sinergi Masyarakat dan Pemerintah, Pemkab Garut Terima Hibah Tanah di Kelurahan Karangmulya sebagai Wujud Nyata Dukungan terhadap Pembangunan Daerah

Rabu, 12 November 2025 - 19:54 WIB

Adelio Siap Gas Industri Musik Garut: “Kita Nggak Boleh Kalah Bersaing!”

Berita Terbaru