(Oleh: Pejabat Kelas Bawah Perintah Kaki Orang)
Tak semua yang hadir layak disebut kawan. Ada yang datang saat mereka butuh, lalu menghilang saat kita berharap ditemani. Mereka bukan sahabat, hanya persinggahan sementara dalam perjalanan hidup kita.
Kita sering tertipu oleh perhatian instan yang ternyata hanya berakar pada kepentingan. Mereka pandai mencari saat perlu, tapi asing saat kita sendiri. Relasi seperti ini membuat kita bertanya-tanya: adakah yang benar-benar tulus hadir?
Kawan sejati tak datang dengan syarat. Mereka tetap ada, bahkan ketika kita tak punya apa-apa untuk ditawarkan. Mereka menghargai, bukan sekadar memanfaatkan. Dan karena itulah, kehadiran mereka menjadi harta yang langka dan berharga.
Di dunia yang cepat berubah ini, persahabatan sejati justru jadi kemewahan. Maka bijaklah memberi tempat bagi orang-orang dalam hidupmu. Jangan hanya lihat siapa yang hadir saat senang, tapi lihat siapa yang tetap tinggal saat kamu rapuh.
Dan yang paling penting, mari kita pun menjadi pribadi yang layak dipercaya dan dihargai. Karena persahabatan yang sehat tumbuh dari dua hati yang saling memberi, bukan dari satu yang terus meminta.
Pada akhirnya, yang paling membekas bukan berapa banyak teman yang kita punya, tapi siapa yang memegang tangan kita saat dunia terasa runtuh.