Garut,Nusaharianmedia.com – Di tengah derasnya arus modernisasi dan padatnya rutinitas masyarakat perkotaan, masih ada sekelompok orang yang dengan penuh ketulusan dan semangat juang tinggi terus bergerak demi satu tujuan mulia: menjaga dan merawat lingkungan hidup. Mereka adalah Perkumpulan Lingkungan Anak Bangsa (LIBAS), sebuah komunitas sukarelawan yang berbasis di Garut dan telah menunjukkan kiprah nyata dalam pelestarian lingkungan, terutama ruang terbuka hijau (RTH) di wilayah perkotaan.
LIBAS bukan hanya sekadar nama, melainkan representasi dari semangat kolektif masyarakat yang peduli akan masa depan lingkungan. Di bawah kepemimpinan Tedi Sutardi, LIBAS menjelma menjadi motor penggerak kegiatan sosial-lingkungan yang konsisten dan berkelanjutan.
Sementara salah satu titik fokus kegiatan mereka adalah kawasan RTH eks Rumah Makan Copong, Garut, yang selama ini menjadi tempat rekreasi dan ruang publik warga sekitar.
“Kami tidak digaji, tidak dibayar. Semua yang kami lakukan murni atas dasar cinta terhadap lingkungan dan kepedulian terhadap kota tempat kami tinggal,” ujar Tedi dengan nada tegas namun bersahaja saat ditemui di lokasi kegiatan
Bergerak Tanpa Pamrih
Setiap akhir pekan, anggota LIBAS secara rutin turun ke lapangan untuk melakukan aksi bersih-bersih. Mereka mengumpulkan sampah, memangkas tanaman liar, mengecat ulang fasilitas publik yang kusam, hingga memperbaiki bangku dan sarana rekreasi di taman.
Kegiatan ini dilakukan tanpa sponsor besar ataupun dukungan anggaran pemerintah. Namun hal itu tak menyurutkan semangat mereka.
“Kami percaya, perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil. Kebersihan lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi tanggung jawab bersama,” ujar Tedi yang dikenal juga aktif menjalin komunikasi dengan komunitas-komunitas pemuda lainnya di Garut. Sabtu, (19/04/2025).
Edukasi Lingkungan untuk Masyarakat
Tidak hanya bergerak di ranah aksi fisik, LIBAS juga aktif melakukan pendekatan edukatif. Mereka kerap menggelar diskusi kecil dengan warga, terutama anak-anak dan remaja, tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Bagi mereka, menciptakan kesadaran sejak dini jauh lebih penting dibandingkan sekadar menindak setelah kerusakan terjadi.
“Kami sering temui anak-anak muda yang tidak tahu cara memilah sampah. Maka dari itu, edukasi harus terus dilakukan, meskipun secara sederhana,” kata salah satu relawan LIBAS, Deni.
Kolaborasi dan Harapan
Dalam perjalanannya, LIBAS membuka ruang kolaborasi dengan berbagai elemen masyarakat, mulai dari organisasi kepemudaan, komunitas motor, pelajar, hingga tokoh-tokoh lokal. Semangat gotong royong yang mereka bawa membuat banyak pihak merasa terinspirasi untuk ikut ambil bagian.
“LIBAS adalah contoh nyata bahwa aksi sosial tidak harus menunggu instruksi dari atas. Ini gerakan akar rumput yang lahir dari kepedulian,” ungkap salah satu penggiat lingkungan di Garut yang turut hadir dalam aksi di RTH Copong.
Melalui kiprahnya, LIBAS ingin RTH Copong menjadi model ideal ruang terbuka hijau yang bersih, aman, dan nyaman digunakan semua lapisan masyarakat.
Mereka bermimpi suatu saat RTH-RTH di seluruh Garut bisa mendapatkan perhatian lebih, baik dari pemerintah maupun masyarakat umum.
“Kami ingin mewariskan lingkungan yang lebih baik untuk anak cucu kita. Jangan biarkan Garut kehilangan ruang hijau karena ketidakpedulian kita hari ini,” tutup Tedi Sutardi dengan penuh harap. (DIX)