Dipimpin oleh Tedi Sutardi, tokoh penggerak lingkungan sekaligus sebagai Ketua Perkumpulan Lingkungan Anak Bangsa (Libas), aksi ini menjadi bagian penting dari strategi penghijauan jangka panjang yang menyasar daerah-daerah dengan kerusakan vegetasi cukup parah.
“Saat ini kami menyusuri bantaran Cimanuk, mulai dari kawasan Cooing hingga ke daerah Anyar Cimanuk Cikamiri. Tujuannya adalah untuk melakukan identifikasi langsung terhadap kondisi lapangan, sekaligus menandai titik-titik kritis yang membutuhkan penanganan segera,” ungkap Tedi Sutardi. Rabu, (30/04/2025).
Menurutnya, banyak area bantaran sungai yang mengalami degradasi lingkungan cukup serius. Vegetasi pelindung yang sebelumnya menjadi tameng alami terhadap abrasi dan longsor, kini nyaris hilang, baik karena bencana banjir, pembalakan liar, maupun aktivitas manusia yang tak ramah lingkungan.
“Ini bukan hanya kerja seremonial. Kami tidak sedang menanam untuk difoto lalu selesai. Yang kami lakukan adalah kerja panjang, kerja akar rumput. Kami membangun gerakan kolektif, mengajak warga untuk sadar, bahwa Sungai Cimanuk ini adalah urat nadi kehidupan Garut,” tegasnya.
Program Reboisasi Partisipatif
RAGAP tak sekadar melakukan pemantauan. Program ini akan berlanjut dengan kegiatan reboisasi massal. Ribuan bibit pohon telah disiapkan untuk ditanam di sepanjang jalur yang telah dipetakan. Jenis-jenis pohon yang dipilih pun disesuaikan dengan kebutuhan ekologis kawasan, seperti pohon kaliandra, vetiver (akar wangi), dan pohon endemik lainnya yang memiliki daya cengkram kuat terhadap tanah.
“Penanaman ini tak bisa hanya dilakukan oleh kami sendiri. Kami ingin melibatkan semua pihak, dari pemerintah desa, komunitas lokal, hingga pelajar. Penghijauan ini harus menjadi gerakan bersama,” tambah Tedi.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pihaknya juga sedang menyusun rencana aksi bersama dengan sejumlah stakeholder, termasuk Dinas Lingkungan Hidup dan lembaga pendidikan, untuk memperluas jangkauan program ini. Tidak hanya menanam, tapi juga merawat dan menjaga keberlanjutannya.
Menyelamatkan Masa Depan dari Sekarang
Kawasan Sungai Cimanuk memiliki peran vital dalam ekosistem Garut. Selain menjadi sumber air bersih bagi warga, sungai ini juga menopang aktivitas pertanian dan perikanan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kondisi lingkungan di sekitar sungai terus mengalami tekanan akibat eksploitasi yang tidak terkendali.
“Kalau kita diam, mungkin lima atau sepuluh tahun lagi, anak cucu kita hanya akan melihat sisa-sisa sungai. Kita harus bertindak sekarang. Tak cukup hanya dengan seminar atau wacana di atas kertas,” ujar Tedi penuh semangat.
Aksi RAGAP ini mendapat apresiasi dari berbagai kalangan, terutama masyarakat setempat yang selama ini juga merasakan langsung dampak kerusakan lingkungan. Banyak warga menyatakan siap bergabung dalam program penanaman yang dijadwalkan berlangsung dalam beberapa pekan ke depan.
Gerakan yang Perlu Didukung
RAGAP berharap gerakan ini bisa menjadi pemicu munculnya inisiatif serupa di daerah-daerah lain yang juga menghadapi persoalan serupa. Mereka percaya, penyelamatan lingkungan tidak bisa hanya diserahkan kepada pemerintah, tapi harus menjadi tanggung jawab bersama.
“Kami tidak dibayar untuk ini. Tapi kami sadar, jika lingkungan rusak, semua akan merugi. Maka kami memilih untuk bergerak. Menanam adalah bentuk perlawanan kami terhadap kerusakan,” tutup Tedi.
Dengan semangat gotong royong dan kesadaran ekologis yang tinggi, RAGAP membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil yang konsisten. Sungai Cimanuk mungkin tidak akan pulih dalam semalam, tetapi lewat aksi seperti ini, masa depan yang lebih hijau dan lestari bukan sekadar harapan. (Red)