Mengandalkan penghasilan dari menggembala itik, Darus setiap hari berjuang memenuhi kebutuhan dasar keluarganya. Sayangnya, meski hidup dalam garis kemiskinan ekstrem, nama Darus tak pernah muncul dalam daftar penerima bantuan sosial seperti PKH, BPNT, atau BLT.
“Saya heran, petugas sering datang, tapi rumah saya seperti tak dianggap,” ucap Darus dengan raut pasrah saat ditemui Nusaharianmedia.com Senin, (12/05/2025).
Rumah yang ditinggali Darus bersama keluarganya nyaris tanpa ventilasi, lembap, dan tak memiliki fasilitas dasar memadai. Untuk keluarga besar seperti miliknya, tempat tinggal itu lebih mirip gudang pengungsian.
Lebih menyakitkan, menurut warga sekitar, justru ada beberapa penerima bantuan sosial yang secara kasat mata hidup dalam kondisi lebih baik. Hal ini memunculkan keraguan terhadap validitas dan akurasi data sosial yang digunakan pemerintah.
“Harusnya Dinas Sosial atau kelurahan bisa lebih jeli. Masa seperti Pak Darus ini tidak masuk, tapi yang punya motor dan rumah bagus malah dapat terus,” ujar seorang tetangga.
Sampai berita ini diturunkan, Lurah Cimuncang dan pihak Kecamatan Garut Kota belum memberikan tanggapan resmi. Namun suara-suara dari lingkungan sekitar sudah cukup menjadi alarm: sistem pendataan dan distribusi bantuan perlu evaluasi mendalam.
Di tengah segala keterbatasan, Darus masih menyimpan harapan. Bukan pada kemewahan, tapi pada rumah yang layak dan aman bagi anak-anak dan cucunya.
“Saya cuma ingin tempat tinggal yang tidak bocor, tidak dingin, dan cukup buat tidur anak-anak,” katanya lirih. (Eldy)