Hal ini terlihat dalam pelaksanaan reses masa sidang III yang digelar di Aula Kelurahan Pataruman, Kecamatan Tarogong Kidul, Jum’at (04/07/2025), yang dikemas tidak hanya dengan dialog formal, tetapi juga kegiatan kemanusiaan yang menyentuh hati: donor darah.
Kegiatan ini berlangsung dalam suasana penuh kehangatan dan partisipasi aktif dari masyarakat. Tampak hadir dalam acara tersebut sejumlah pejabat strategis daerah, di antaranya Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Garut Rizki Riznurdin, Asisten Daerah III Setda Garut Ganda Permana, Kepala Dinas Tenaga Kerja Muksin, serta Camat Tarogong Kidul Ahmad Mawardi.
Kehadiran mereka menjadi bukti bahwa kegiatan reses ini bukan agenda seremonial belaka, tetapi forum komunikasi yang serius antara rakyat, legislatif, dan unsur eksekutif.
Donor Darah sebagai Simbol Kepedulian Sosial
Di tengah pelaksanaan reses, Yudha menyisipkan kegiatan donor darah sebagai wujud kepedulian terhadap sesama. Aksi ini menggugah antusiasme warga yang tak ragu mendaftarkan diri sebagai pendonor. Puluhan warga dari berbagai kalangan berpartisipasi, membuktikan bahwa semangat solidaritas masih kuat berdenyut di tengah masyarakat.
“Donor darah ini bukan sekadar aksi simbolik. Ini adalah ajakan untuk peduli, berbagi, dan menyelamatkan nyawa. Kita ingin tunjukkan bahwa demokrasi bukan hanya soal suara dan kursi, tetapi juga soal kemanusiaan,” ujar Yudha dalam sambutannya.
Aspirasi Warga: Dari Drainase hingga Pelatihan UMKM
Dalam sesi dialog terbuka, warga memanfaatkan momentum untuk menyampaikan berbagai keluhan dan harapan. Salah satu isu yang paling dikeluhkan adalah persoalan drainase dan pengelolaan sampah. Seorang warga menuturkan bahwa saluran air di beberapa titik sering tersumbat dan meluap saat hujan, mengakibatkan banjir kecil yang merugikan warga.
“Kami sudah sering gotong royong membersihkan saluran, tapi masalah ini seolah tidak ada ujungnya. Harapan kami ada perbaikan saluran permanen,” ucap salah seorang tokoh warga.
Tak hanya infrastruktur dasar, perhatian juga tertuju pada bidang kesejahteraan sosial. Para ibu kader posyandu menyampaikan aspirasi agar ada pelatihan kewirausahaan yang berkelanjutan untuk perempuan, terutama yang tergabung dalam kelompok dasawisma. Selain itu, mereka berharap adanya kenaikan insentif bagi para ketua RT dan RW sebagai ujung tombak pemerintahan di tingkat bawah.
“Kami siap kerja keras membantu pemerintah, tapi kami juga butuh perhatian. Insentif yang lebih layak akan menjadi penyemangat bagi kami,” ujar salah satu kader posyandu.
Usulan untuk Pengembangan Potensi Lokal
Warga juga menyoroti potensi ekonomi lokal yang belum tergarap maksimal, seperti kerajinan bambu. Produk anyaman dari Pataruman sebenarnya punya nilai seni dan potensi pasar yang besar, namun minim pendampingan dan akses pelatihan. Mereka berharap pemerintah bisa memberikan perhatian lebih melalui pelatihan dan pengembangan UMKM.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Koperasi dan UKM, Rizki Riznurdin, menyampaikan bahwa pihaknya akan menindaklanjuti aspirasi tersebut. Ia bahkan menyatakan kesiapan dinas untuk menjajaki kerja sama dengan lembaga pelatihan agar potensi lokal bisa dikembangkan secara profesional dan berkelanjutan.
“Kami akan petakan kebutuhan pelatihan di tiap kelurahan, termasuk untuk kerajinan bambu. Kami juga akan bantu fasilitasi akses ke pasar digital bagi UMKM lokal,” jelas Rizki.
Apresiasi Nyata untuk Kader Posyandu
Sebagai bentuk perhatian terhadap para kader posyandu yang dinilai sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat, Yudha Puja Turnawan secara pribadi menyerahkan bantuan sebesar Rp5 juta. Bantuan ini diharapkan dapat mendukung kegiatan posyandu, termasuk untuk kebutuhan operasional, pelatihan kader, maupun penyediaan makanan tambahan bagi balita.
“Ini bentuk apresiasi dan motivasi. Kader posyandu adalah pahlawan kesehatan masyarakat, mereka bekerja di akar rumput dengan penuh dedikasi,” ungkap Yudha.
Komitmen Legislator: Reses Bukan Seremonial
Yudha menegaskan bahwa seluruh aspirasi yang disampaikan warga akan dicatat dan dibawa ke forum DPRD untuk dibahas bersama dengan pihak eksekutif. Ia menekankan bahwa reses bukan sekadar kewajiban formal, tetapi sarana nyata untuk mendekatkan diri kepada rakyat.
“Setiap keluhan dan harapan warga hari ini menjadi bahan perjuangan saya di parlemen. Saya tidak ingin kegiatan ini berakhir hanya dengan dokumentasi dan laporan. Harus ada hasil yang dirasakan masyarakat,” tegasnya.
Penutup: Energi Positif dari Partisipasi Warga
Acara ditutup dengan doa bersama yang khidmat. Suasana kekeluargaan begitu terasa di antara warga dan para pejabat yang hadir. Partisipasi masyarakat yang tinggi dalam kegiatan ini memperlihatkan bahwa ruang partisipasi publik masih sangat kuat di Kabupaten Garut—terutama jika difasilitasi oleh wakil rakyat yang benar-benar peduli dan responsif.
Yudha Puja Turnawan sekali lagi membuktikan bahwa menjadi anggota dewan bukan hanya soal duduk di kursi legislatif, tapi soal hadir di tengah rakyat, mendengar, merasakan, dan berjuang bersama mereka. (MAN)







