Bertempat di Aula Local Education Center (LEC) Jalan Guntur Sari, Kelurahan Haurpanggung, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut , Jawa Barat kegiatan ini menghadirkan berbagai elemen masyarakat; mulai dari pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), tokoh masyarakat, pemuda, hingga kalangan akademisi.
Tema yang diangkat kali ini, “Inovasi dan Digitalisasi untuk Penguatan SDM dan Ekonomi Kerakyatan”, menjadi daya tarik utama sekaligus penegasan arah perjuangan Nur Jamaluddin dalam menjawab tantangan zaman.
Dari Seremonial Menuju Solusi Nyata
Dalam sambutannya, Nur Jamaluddin menekankan bahwa kegiatan reses bukan sekadar agenda rutin seremonial. Ia menyebutnya sebagai momentum strategis untuk membangun komunikasi dua arah antara rakyat dan wakilnya. Bukan hanya menyerap aspirasi, tetapi juga mengenalkan arah kebijakan pembangunan yang responsif, solutif, dan sesuai perkembangan zaman.
“Kami ingin membuktikan bahwa reses bisa lebih dari sekadar mendengar keluhan. Ini adalah forum untuk membangun kolaborasi, menyusun arah pembangunan bersama, dan memperkenalkan inovasi berbasis potensi lokal,” ujar Nur penuh semangat.
Pendampingan Lima Pilar Pembangunan
Lebih jauh, ia memaparkan lima bidang pendampingan utama yang menjadi fokus utamanya dalam program pembangunan berbasis masyarakat:
Keagamaan – sebagai fondasi spiritual dan moral yang memperkuat karakter masyarakat.
Sosial dan Kesejahteraan – mencakup pelayanan sosial dan pemberdayaan komunitas.
Infrastruktur Publik – peningkatan sarana jalan, fasilitas umum, serta pelayanan publik.
UMKM dan Ekonomi Kreatif – mendorong sektor usaha rakyat agar mampu bersaing dan naik kelas.
Pertanian dan Peternakan – membangun kemandirian pangan dan ekonomi berbasis desa.
Namun, Nur mengingatkan bahwa semua program tersebut tidak bisa instan, melainkan melalui perencanaan matang. “Usulan hari ini akan masuk ke penganggaran 2026 dan bisa direalisasikan di 2027. Harus ada kesinambungan dan konsistensi dalam perencanaan,” jelasnya.
Pendekatan Wilayah: Dari Jagung Banyuresmi hingga Konveksi Kadungora
Ia juga menekankan pentingnya pendekatan berbasis wilayah, dengan menyesuaikan program sesuai potensi lokal masing-masing desa. Beberapa contoh yang disebutkan antara lain:
Banyuresmi: fokus pada pengembangan sektor pertanian jagung, tembakau, dan padi.
Kadungora: diberdayakan melalui industri konveksi yang sudah kuat secara historis dan kultural.
Leles: penguatan usaha rumah tangga seperti pembuatan keripik dan kerupuk.
Strategi ini diharapkan mampu memperkuat ketahanan ekonomi lokal sekaligus membuka peluang kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Tarogong: Simbol Garut Menuju Kota Digital
Kawasan Tarogong Kidul dan Tarogong Kaler secara khusus digadang-gadang menjadi kawasan percontohan transformasi digital.
Dalam konteks ini, Nur Jamaluddin menggandeng akademisi dan pakar digital, salah satunya Dr. Indra, dosen ekonomi digital syariah dari perguruan tinggi ternama di Indonesia.
Melalui paparannya, Dr. Indra membuka wawasan masyarakat tentang pentingnya literasi digital, serta bagaimana teknologi bisa menjadi alat untuk meningkatkan skala usaha mikro dan memperluas akses pasar melalui platform digital.
“Era digital tidak bisa dihindari. Tapi kita bisa memanfaatkannya untuk kemajuan. Pelaku UMKM di desa pun bisa naik kelas bila didampingi dengan tepat,” kata Nur.
Pelatihan dan Teknologi: Solusi Nyata untuk UMKM Melek Digital
Nur Jamaluddin memperkenalkan pula sejumlah program pelatihan teknologi yang sudah disiapkan untuk mendorong UMKM Garut menjadi lebih tangguh dan modern, antara lain:
Pelatihan penggunaan aplikasi digital: dari yang paling dasar hingga lanjutan.
Digital marketing dan pengelolaan toko online.
Pemanfaatan fintech (financial technology) untuk pengelolaan keuangan usaha.
Pembuatan produk digital berbasis potensi lokal.
“Pemerintah harus memfasilitasi pelatihan yang adaptif dan mudah diakses, baik secara daring maupun tatap muka langsung. Jangan terlalu birokratis,” tambah Nur.
Suara Rakyat Pedesaan: Tuntutan untuk Kesetaraan Akses
Salah satu bagian paling dinantikan dari acara ini adalah sesi diskusi terbuka. Banyak peserta menyampaikan persoalan konkret di lapangan, seperti keterbatasan infrastruktur internet, minimnya pelatihan teknologi di desa, hingga sulitnya mendapatkan akses permodalan.
Nur menyambut semua aspirasi tersebut dengan keseriusan. Ia berjanji akan membawa isu-isu tersebut ke tingkat pembahasan kebijakan dan penganggaran.
“Transformasi digital bukan hanya untuk masyarakat kota. Desa-desa pun harus mendapatkan hak yang sama. Kita akan bangun pelatihan berbasis desa, agar anak muda dan pelaku UMKM di pelosok juga bisa berkembang,” tegasnya.
Menjembatani Aspirasi dan Kebijakan: Wujud Kehadiran Wakil Rakyat
Acara reses ini ditutup dengan sesi foto bersama dan pembacaan harapan-harapan dari masyarakat yang hadir. Banyak di antara mereka yang menyatakan rasa syukur karena memiliki wakil rakyat yang hadir bukan hanya menjelang pemilu, tapi benar-benar menyentuh langsung kebutuhan rakyat.
Dalam pernyataan penutupnya, Nur Jamaluddin menyampaikan harapan besar agar hasil dari kegiatan ini tidak hanya menjadi dokumentasi semata, tapi benar-benar diakomodasi dalam kebijakan pemerintah daerah.
“Saya ingin reses ini menjadi jembatan antara harapan masyarakat dan kerja nyata pemerintah. Garut harus menjadi daerah yang cerdas, mandiri, dan mampu bersaing di era global,” pungkasnya.
Dengan strategi yang terencana, pendekatan berbasis potensi lokal, serta dorongan kuat terhadap transformasi digital, Nur Jamaluddin menunjukkan bagaimana seorang wakil rakyat bisa menghadirkan perubahan yang nyata dan inklusif. Bukan hanya menjanjikan, tapi membangun masa depan bersama rakyat mulai dari desa. (Red)







