Langkah Ganda kali ini bukan lagi turun ke jalan melainkan turun ke lahan menggagas perhutanan sosial, memberdayakan petani, dan membalik logika penguasaan sumber daya alam yang selama ini timpang.
“Hutan Bukan Milik Elit, Tapi Sumber Hidup Rakyat”
Bagi Ganda, paradigma pembangunan kawasan hutan harus dirombak. Menurutnya, rakyat selama ini hanya menjadi penonton kemewahan hasil bumi dan kekayaan hutan, tanpa diberi akses legal dan keterlibatan nyata.
“Puluhan tahun rakyat hanya diajari melihat, tapi tidak diberi hak untuk mengelola. Kami bukan penjarah alam, kami pengelola yang bertanggung jawab. Rakyat ingin makan dari tanahnya sendiri, bukan dari belas kasihan proyek-proyek negara,” tegasnya saat diwawancarai melalui sambungan Whatsapp miliknya pada. Jum’at, (11/07/2025).
GEMA PS hadir sebagai jawaban atas ketimpangan itu. Dengan pendekatan yang bersandar pada regulasi perhutanan sosial, organisasi ini mengajak masyarakat untuk mengelola kawasan hutan secara legal, produktif, dan lestari.
Membumikan Konsep “Rakyat Berdaulat atas Hutan”
Melalui program-program berbasis komunitas, seperti pelatihan pertanian organik, penanaman pohon produktif, hingga edukasi hukum agraria, GEMA PS berupaya mengangkat martabat petani hutan. Bukan sebagai buruh di tanahnya sendiri, tetapi sebagai pemilik masa depan.
Kawasan Garut Selatan dan Tengah mulai dilirik sebagai titik awal revolusi hijau berbasis rakyat. Dengan dukungan akademisi, aktivis lingkungan, dan tokoh masyarakat, GEMA PS menyusun roadmap pengelolaan hutan yang ramah lingkungan namun tetap memberikan nilai ekonomi.
“Kami percaya, petani lokal itu ahli dalam menjaga hutan. Tapi mereka butuh ruang, butuh hak legal, dan butuh perlindungan dari sistem yang selama ini hanya berpihak pada korporasi,” ungkap Ganda.
Dari Orasi Jalanan ke Aksi Lapangan
Transformasi Ganda dari aktivis LSM jalanan ke pemimpin gerakan agraria rakyat bukan tanpa alasan. Ia melihat demonstrasi saja tak cukup tanpa aksi nyata di lapangan.
“Kami sudah cukup berteriak. Sekarang waktunya bertani dan membuktikan bahwa rakyat bisa berdaulat atas tanahnya,” katanya lugas.
GEMA PS bahkan telah menjalin komunikasi intensif dengan pihak-pihak terkait, termasuk Kementerian LHK, guna memastikan bahwa seluruh aktivitas masyarakat tetap dalam koridor hukum dan pelestarian alam.
Melawan Kemiskinan Struktural dari Pinggiran
Bagi Ganda, sistem agraria yang timpang adalah biang dari kemiskinan struktural. Penguasaan tanah dan hutan oleh segelintir elit menyebabkan rakyat desa hidup di tengah kekayaan alam, namun tetap miskin dan tergantung.
GEMA PS menjadi alat perjuangan baru yang menolak ketergantungan. Bukan hanya pada korporasi, tetapi juga pada bantuan-bantuan yang bersifat karitatif dan jangka pendek.
“Kami ingin anak cucu petani punya lahan sendiri, bisa hidup dari hasil buminya, dan tidak lagi hanya menjadi penonton atas proyek-proyek besar yang tak pernah menyentuh hidup mereka,” ujar Ganda penuh semangat.
Satu Langkah Menuju Indonesia yang Lebih Adil
Di tengah derasnya isu deforestasi, konflik lahan, dan ketimpangan ekonomi, GEMA PS mencoba memutar arah. Ganda percaya, jika model ini berhasil, Garut bisa menjadi role model nasional dalam pengelolaan hutan berbasis rakyat.
“Kami bukan pemberontak. Kami pejuang kedaulatan rakyat. Jika diberi kesempatan dan dukungan, rakyat bisa mengubah negeri ini dari pinggiran hutan,” pungkasnya. (DIX)







