Dalam wawancara khusus bersama sejumlah awak media, Aris menekankan bahwa peringatan Hari Lahir Pancasila harus menjadi titik balik bagi seluruh elemen masyarakat untuk merenungi kembali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam lima sila Pancasila.
Di tengah kompleksitas zaman yang ditandai dengan derasnya arus globalisasi, kemajuan teknologi, dan pergeseran budaya, Aris mengingatkan agar bangsa Indonesia tidak kehilangan jati dirinya.
“Pancasila bukan hanya sekadar teks dalam pembukaan UUD 1945 atau simbol dalam lambang negara. Ia adalah identitas, sekaligus fondasi utama yang membentuk karakter dan arah bangsa ini. Kita tidak boleh memperlakukannya sebagai sekadar formalitas upacara,” ujar Aris. Senin, (02/06/2025).
Pancasila Sebagai Solusi atas Krisis Bangsa
Aris menyoroti bahwa bangsa Indonesia saat ini tengah menghadapi berbagai persoalan serius, mulai dari krisis moral, menurunnya rasa solidaritas sosial, intoleransi, hingga potensi disintegrasi akibat polarisasi politik dan perbedaan pandangan ideologis. Dalam situasi seperti itu, menurutnya, Pancasila hadir sebagai solusi yang paling relevan.
“Lima sila dalam Pancasila bukan hanya filosofi, tapi pegangan hidup. Jika kita kembali menggali nilai-nilai kemanusiaan, persatuan, keadilan, dan demokrasi yang terkandung di dalamnya, maka kita akan memiliki arah dan kekuatan untuk melewati segala tantangan kebangsaan,” kata politisi muda asal Garut itu.
Ia juga mengingatkan bahwa dalam konteks kehidupan lokal di daerah, nilai Pancasila dapat diterjemahkan ke dalam perilaku masyarakat sehari-hari yang penuh toleransi, gotong royong, dan semangat saling menghormati.
Tantangan Global, Identitas Lokal
Lebih jauh, Aris menyoroti tantangan besar yang dihadapi generasi masa kini: derasnya arus informasi yang tak terbendung, budaya instan dan hedonisme, serta pengaruh ideologi asing yang perlahan mengikis nilai-nilai kebangsaan. Ia mengingatkan bahwa dalam dunia yang semakin digital dan terbuka, masyarakat khususnya generasi muda harus memiliki fondasi nilai yang kokoh agar tidak kehilangan arah.
“Kita sedang hidup di era disrupsi. Informasi mengalir begitu deras, pergaulan lintas batas menjadi biasa. Tanpa pijakan nilai yang kuat, anak-anak kita bisa saja kehilangan identitasnya sebagai bangsa Indonesia,” ungkapnya.
Aris menilai pentingnya pendidikan karakter sejak dini yang menanamkan nilai-nilai Pancasila secara konkret, bukan sekadar dalam bentuk hafalan atau pelajaran teoritis.
Peran Strategis Generasi Muda
Ketua DPRD Garut ini juga menaruh perhatian besar pada peran generasi muda sebagai penerus cita-cita kemerdekaan. Ia berharap para pemuda Indonesia tidak hanya unggul dalam bidang akademik dan teknologi, tetapi juga memiliki integritas dan kepedulian sosial yang tinggi.
“Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Kalau mereka tidak memahami dan menghayati Pancasila, maka masa depan bangsa ini akan rapuh. Kita tidak bisa hanya mengandalkan kecerdasan intelektual; kita butuh pemuda yang berjiwa kebangsaan,” tegas Aris.
Ia pun mendorong institusi pendidikan, keluarga, hingga organisasi masyarakat untuk lebih aktif dalam membangun ekosistem pendidikan yang menyeimbangkan antara aspek intelektual, moral, dan spiritual.
Mengamalkan Pancasila dari Hal-Hal Kecil
Dalam pandangannya, implementasi Pancasila tak harus dilakukan melalui gerakan besar atau program nasional semata. Aris justru menekankan pentingnya tindakan-tindakan kecil yang menunjukkan nilai-nilai luhur bangsa.
“Menghargai perbedaan, menepati janji, bersikap jujur, saling membantu, dan ikut serta dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitar itu semua adalah bentuk nyata pengamalan Pancasila. Jangan menunggu hal besar untuk mulai menerapkannya,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya membangun budaya musyawarah dan gotong royong di tingkat desa, RT/RW, maupun lembaga pemerintah sebagai cerminan nyata dari sila keempat dan kelima Pancasila.
Menjadikan Pancasila sebagai Panduan Hidup
Sebagai penutup, Aris Munandar mengajak seluruh warga Garut, khususnya para pemangku kebijakan, tokoh masyarakat, dan generasi muda, untuk menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam setiap langkah kehidupan.
“Kita tidak boleh terjebak dalam seremoni. Peringatan Hari Lahir Pancasila harus menjadi momentum kebangkitan nilai. Mari jadikan Pancasila sebagai napas bangsa ini, agar Indonesia tetap utuh, berdaulat, dan bermartabat,” pungkasnya.
Bagi Aris, menjaga Pancasila berarti menjaga masa depan Indonesia. Dan masa depan itu, kata dia, hanya akan cerah jika seluruh elemen bangsa menjadikan nilai-nilai Pancasila bukan sekadar jargon, melainkan jiwa dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. (Red)