Momentum ini bukan sekadar pembangunan fisik, tapi representasi kuat dari semangat gotong royong yang berakar dalam nilai-nilai kemanusiaan dan cinta kasih umat terhadap anak-anak yatim dan dhuafa.
Panti asuhan yang terletak di kawasan Lio ini sedang menjalani rehabilitasi total setelah bangunan lamanya dinyatakan tak lagi layak huni. Proses ini digerakkan oleh kepedulian kolektif berbagai elemen masyarakat dari warga sekitar, keluarga besar Muhammadiyah, hingga donatur dari luar kota semuanya bergabung dalam semangat kemanusiaan.
.H, Sobur Ketua Panitia Pembangunan, menjadi sosok sentral dalam gerakan ini. Dengan mata berkaca-kaca, ia menceritakan bagaimana bantuan terus berdatangan dari berbagai penjuru tanpa diminta, tanpa pamrih. “Kami tak menyangka, antusiasme masyarakat begitu luar biasa. Semua datang dari hati,” ucapnya lirih.
Gotong Royong Jadi Tulang Punggung
Proses pengecoran hari itu melibatkan puluhan relawan lintas usia dan profesi. Ada yang mendorong gerobak, memikul semen, hingga menyajikan makanan bagi para pekerja. Semua bergerak dalam harmoni untuk satu tujuan: membangun rumah yang layak bagi anak-anak panti.
“Ini bukan proyek pemerintah atau kontraktor. Ini proyek umat. Gotong royong hari ini menjadi napas utama peradaban kita,” ujar Sobur dengan penuh semangat.
Solidaritas Melintasi Batas
Partisipasi tak terbatas pada warga Lio atau Garut. Para alumni panti, simpatisan Muhammadiyah dari luar kota, hingga komunitas sosial ikut menyumbang. Bahkan, ada seorang pria tua yang datang dengan motor tuanya hanya untuk menyumbangkan satu sak semen. “Bagi kami, itu sangat berarti. Karena niatnya tulus dan penuh cinta,” ungkap panitia lainnya.
Panitia masih membuka ruang seluas-luasnya bagi siapa pun yang ingin terlibat baik dalam bentuk dana, material, makanan, atau tenaga. Semua bentuk bantuan dihargai.
Membentuk Masa Depan Anak Negeri
Lebih dari sekadar pembangunan gedung, panitia berharap panti ini menjadi tempat yang membina karakter, menumbuhkan pendidikan, dan melahirkan generasi tangguh. Gedung baru ini diharapkan bisa menjadi pusat pertumbuhan spiritual, intelektual, dan emosional bagi para anak asuh.
“Ini investasi akhirat. Setiap tenaga, doa, dan rupiah yang diberikan, akan menjadi bekal kebaikan yang tak terputus,” tegas Sobur.
Seruan untuk Terus Bergerak
Menutup wawancara di tempat yang sama, Lukmanulhakim juga mengajak seluruh masyarakat untuk tetap terlibat dan menyebarkan semangat kebaikan. Ia menekankan bahwa pembangunan masih berlanjut dan membutuhkan lebih banyak dukungan.
“Panti ini bukan milik satu golongan, tapi milik kita semua. Mari terus bersatu, karena membangun panti berarti membangun harapan, cinta, dan masa depan bangsa,” tutupnya penuh harap.
Catatan: Bagi yang ingin berdonasi, dapat menghubungi Panitia Pembangunan Panti Asuhan Harapan Muhammadiyah Lio Garut melalui posko atau media sosial resmi Muhammadiyah Garut. (DIX)







