Nusaharianmedia.com , 17 November 2025 -Komunikasi lintas agama adalah proses dialog dan interaksi antarumat beragama yang berbeda untuk mencari titik temu demi terciptanya kerukunan, toleransi, dan pemahaman bersama. Substansi utamanya meliputi dialog, kolaborasi, dan saling menghormati keberagaman keyakinan, serta komunikasi interpersonal yang bertujuan untuk mengurangi konflik dan membangun harmoni sosial.
Gagasan tersebut diatas menjadi poin utama dan dijadikan landasan pijak oleh Welman Butar Butar, Ketua Forum Kerjasama Kristiani Garut (FKKG) mengadakan acara pertemuan tokoh lintas agama yang dilaksanakan di Aula Pemuda Gereja Kristen Pasundan Garut, Jl. Bratayudha No. 46, 17 November 2025.
Turut hadir dalam acara tersebut Ceng Aam selaku Ketua Umum Dewan Tanfidzi Kabupaten (DTK) Persaudaraan Alumni 212 Garut beserta jajaran pengurus, Ustadz Sulaeman dari Front Persaudaraan Islam (FPI), Pdt. Sri Yusuf dan Pdt. Irvan Parulian Sinega (Pendeta GKP), Junedi Naung (Perwakilan GPDI), Romo Willy (Pendeta Katholik), Marko (Perwakilan tokoh agama Buddha), Leonardo Lius (perwakilan tokoh Konghucu) dan Pdt. Timotius (Pendeta GBI).
Substansi utama dari pertemuan tokoh lintas agama ini adalah menjadi wadah untuk dialog antarumat beragama guna meningkatkan hubungan baik, mencari pemahaman, dan mengurangi prasangka. Disamping itu, kata Welman “Kita selalu berupaya menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai tanpa mencampuradukkan ajaran agama, serta tidak memaksakan kehendak”.
Pertemuan ini mendapat respon positif dari semua yang hadir, Aam Moh. Jalaludin atau akrab disapa ceng Aam, Ketua DTK Persada 212 Garut memberikan apresiasinya. “Kita harus bersepakat, bekerjasama untuk memecahkan masalah bersama yang bisa diatasi melalui pendekatan lintas agama, misalnya dalam bidang sosial atau kemanusiaan, contoh nyata adalah konflik dan perang Palestina. Isu Palestina merupakan isu kemanusiaan karena konflik yang berlarut-larut telah menyebabkan penderitaan, krisis, dan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas terhadap penduduk sipil Palestina. Isu Palestina melampaui sebatas konflik politik atau agama; ini adalah tragedi di mana martabat dan hak-hak dasar manusia dilanggar secara sistematis, menjadikannya perhatian global yang menuntut solusi kemanusiaan segera”.
Agenda hari ini menjadi pembuka ruang yang berfungsi sebagai alat untuk meredakan ketegangan dan mencegah konflik yang mungkin timbul dari perbedaan keyakinan, baik konflik antaragama maupun di dalam satu agama. Serta mendorong komunitas berbasis agama untuk menjadi inklusif, toleran, dan demokratis, serta menghargai pluralitas agama dan budaya sebagai kekayaan bangsa.







