Suprih Rozikin Serap Aspirasi Warga Sukalillah: Terima Aspirasi Warga untuk Prioritaskan Penerangan Jalan Umum, Infrastruktur dan Pendidikan

Avatar photo

- Jurnalis

Kamis, 3 Juli 2025 - 18:45 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oplus_0

Oplus_0

Garut, Nusaharianmedia.com – Kegiatan reses menjadi momen penting bagi anggota legislatif untuk menyapa langsung warganya dan menggali berbagai persoalan nyata di lapangan. Hal inilah yang dilakukan oleh Suprih Rozikin, S.H., M.H., Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Garut, saat turun langsung ke Desa Sukalillah, Kecamatan Sukaresmi, pada Kamis siang (03/07/2025).

Dalam suasana penuh kekeluargaan dan antusiasme, ia menyerap beragam keluhan warga yang sebagian besar berkaitan dengan infrastruktur jalan, ketimpangan pendidikan, hingga penerangan jalan umum (PJU).

Antusiasme Warga Sambut Legislator

Kehadiran Suprih Rozikin di Kantor Desa Sukalillah disambut hangat oleh warga dari berbagai dusun, jajaran aparatur desa, tokoh masyarakat, dan unsur kelembagaan desa. Turut hadir dalam kesempatan tersebut Kepala Desa Sukalillah, Asep Haris, S.Pi., bersama perangkat desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Babinsa, Bhabinkamtibmas, pengurus Karang Taruna, dan para penggiat sosial desa.

Reses dilangsungkan dalam format dialog terbuka, di mana warga dipersilakan menyampaikan unek-unek dan usulan yang selama ini dirasakan belum terakomodasi oleh kebijakan pemerintah daerah. Atmosfer kegiatan begitu hidup, mencerminkan tingginya harapan masyarakat terhadap peran anggota dewan.

Aspirasi Pertama: Jalan Rusak Menghambat Ekonomi dan Mobilitas

Sorotan pertama datang dari keluhan soal infrastruktur jalan desa yang rusak dan belum tersentuh pembangunan memadai. Warga menyebut, sejumlah jalur penghubung antar dusun serta akses utama menuju fasilitas pendidikan dan kesehatan masih berlubang, becek saat hujan, dan rawan kecelakaan.

“Jalan di sini sering tergenang, licin, dan berlubang. Kalau musim hujan, motor sering jatuh. Anak-anak juga susah berangkat sekolah, apalagi kalau harus jalan kaki. Kami ingin jalan yang layak agar kehidupan warga bisa lebih baik,” ungkap salah satu tokoh masyarakat.

Menanggapi hal itu, Suprih menyampaikan komitmennya untuk mengawal perbaikan infrastruktur desa melalui pembahasan APBD 2025. Ia menegaskan bahwa Komisi II DPRD memiliki kewenangan strategis dalam menyusun prioritas pembangunan yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.

“Kami akan kawal agar pembangunan infrastruktur dasar, termasuk jalan desa, masuk dalam rencana kegiatan dinas teknis. Insya Allah, jika datanya lengkap dan didukung pemerintah desa, akan kami perjuangkan tahap demi tahap,” ujar Suprih.

Aspirasi Kedua: Ketimpangan Pendidikan dan Dampak Sistem Zonasi

Isu berikutnya yang mengemuka dalam dialog reses adalah soal ketimpangan antara sekolah negeri dan swasta, khususnya terkait penerimaan siswa baru (PPDB) berbasis zonasi. Kebijakan tersebut dinilai membuat sekolah swasta semakin tersisih, karena mayoritas siswa diarahkan ke sekolah negeri yang sudah penuh.

Kepala Desa Asep Haris dalam kesempatan itu menyuarakan keresahan banyak orang tua dan pengelola lembaga pendidikan swasta di wilayahnya.

“Sekolah swasta di desa ini merasa terpinggirkan. PPDB zonasi membuat murid tertumpuk di negeri, padahal swasta juga bagian dari sistem pendidikan nasional. Kami minta ada keberpihakan dan dukungan agar sekolah swasta bisa tetap hidup dan berkontribusi,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Suprih menyatakan bahwa pemerataan kualitas dan perhatian terhadap lembaga pendidikan swasta adalah keharusan. Ia berjanji akan menyampaikan aspirasi ini ke Dinas Pendidikan dan mendorong evaluasi terhadap sistem zonasi yang dinilai tidak adil.

“Pendidikan adalah hak seluruh anak bangsa. Kita tidak bisa membiarkan sekolah swasta mati pelan-pelan. Pemerintah harus hadir memberi solusi, baik dari sisi kebijakan maupun dukungan anggaran,” tegasnya.

Aspirasi Ketiga: Minimnya Penerangan Jalan Picu Kekhawatiran Keamanan

Satu lagi persoalan yang dianggap mendesak adalah soal minimnya penerangan jalan umum (PJU) di berbagai titik desa. Gelapnya jalan pada malam hari dinilai menjadi pemicu munculnya potensi kriminalitas, serta membahayakan pengguna jalan, khususnya anak-anak yang pulang ngaji atau warga yang bekerja malam.

“Kalau malam itu gelap gulita, Pak. Kita takut keluar rumah, jalan juga rawan karena tidak kelihatan. Kami minta PJU diprioritaskan, supaya kampung kami lebih aman,” ujar warga lainnya.

Mendengar hal tersebut, Suprih menyatakan akan mendorong program pengadaan dan pemasangan PJU, baik melalui APBD kabupaten, bantuan provinsi, maupun skema kolaboratif dari CSR atau program pemerintah pusat.

“PJU memang terlihat sepele, tapi sangat vital. Ini menyangkut keamanan warga. Saya akan perjuangkan agar lampu jalan bisa segera direalisasikan di titik-titik rawan,” katanya.

Suprih: Reses Bukan Seremonial, Tapi Amanah Politik

Dalam penutupan kegiatan, Suprih Rozikin menegaskan bahwa reses bukan sekadar menjalankan kewajiban formal sebagai anggota DPRD, tapi menjadi bentuk komitmen dan tanggung jawab politik untuk menjembatani suara rakyat kepada pemerintah.

Ia berpesan agar masyarakat tetap aktif mengawal pembangunan desa dan tidak segan menyampaikan keluhan atau saran. Menurutnya, kolaborasi dan gotong royong antara masyarakat, pemerintah desa, dan legislatif adalah kunci keberhasilan pembangunan.

“Saya tidak datang hanya untuk mendengar, tapi memastikan bahwa setiap suara warga akan saya bawa ke meja pembahasan. Kita harus pastikan pembangunan tidak hanya tersentral di kota, tapi sampai ke pelosok seperti Desa Sukalillah ini,” tandasnya.

Harapan Warga: Aspirasi Tak Hanya Didengar, Tapi Diperjuangkan

Setelah acara ditutup, sejumlah warga menyampaikan rasa terima kasih dan harapan besar agar kunjungan Suprih bukan sekadar formalitas, tapi menjadi awal dari perubahan yang nyata. Kepala Desa Asep Haris berharap agar reses ini mampu membuka pintu bagi perhatian pemerintah terhadap desa-desa kecil seperti Sukalillah.

“Kami tidak meminta yang mewah, hanya ingin desa kami diperhatikan. Mohon perjuangkan aspirasi warga agar desa ini bisa maju,”(DIX
Baca Juga :  PPRG Turun ke Jalan, Cukur Amal Jadi Wujud Kepedulian untuk Sumatra dan Aceh

Berita Terkait

Perempuan Berdaya, Keluarga Sejahtera: Catatan Hari Ibu dari WBI Garut tentang Penguatan Peran Perempuan dalam Mendorong UMKM
Polsek Banjarwangi dan Warga Gotong Royong Bersihkan Longsor di Jalan Banjarwangi–Singajaya
Derita Penyakit Tulang Bertahun-tahun, Pemuda Garut Harapkan Bantuan Pemerintah
Redistribusi Tanah Bermasalah di Garut, FWPLG Tuding BPN Lalai dan Sarat Maladministrasi
Bazar Fair 2025 SDN 1 Karangmulya Perkuat Silaturahmi Lewat Kuliner Tradisional dan Kesenian Sunda
Sambut Libur Nataru 2026, TWA Gunung Papandayan Jadi Pilihan Utama Wisata Keluarga
Konfercab VI PDIP Tetapkan Kepengurusan Baru DPC Garut Periode 2025–2030
Pantai Sayang Heulang Garut Selatan Siap Sambut Libur Nataru 2026, Destinasi Favorit Wisata Alam Keluarga
Berita ini 4 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 22 Desember 2025 - 23:55 WIB

Perempuan Berdaya, Keluarga Sejahtera: Catatan Hari Ibu dari WBI Garut tentang Penguatan Peran Perempuan dalam Mendorong UMKM

Senin, 22 Desember 2025 - 21:42 WIB

Polsek Banjarwangi dan Warga Gotong Royong Bersihkan Longsor di Jalan Banjarwangi–Singajaya

Senin, 22 Desember 2025 - 19:54 WIB

Derita Penyakit Tulang Bertahun-tahun, Pemuda Garut Harapkan Bantuan Pemerintah

Senin, 22 Desember 2025 - 12:48 WIB

Redistribusi Tanah Bermasalah di Garut, FWPLG Tuding BPN Lalai dan Sarat Maladministrasi

Senin, 22 Desember 2025 - 10:53 WIB

Bazar Fair 2025 SDN 1 Karangmulya Perkuat Silaturahmi Lewat Kuliner Tradisional dan Kesenian Sunda

Berita Terbaru