Garut,Nusaharianmedia.com – Sebuah musibah memilukan baru saja melanda Kampung Cirengit, yang berada di RT 03 RW 01 Desa Mekargalih, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Tungku pembakaran sampah milik KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Cirengit, yang selama ini menjadi andalan warga dalam pengelolaan sampah secara mandiri, ludes dilalap si jago merah dalam sebuah insiden kebakaran yang terjadi di area tempat pembakaran.
Tungku pembakaran ini sejatinya merupakan hasil swadaya dan gotong royong warga yang sadar akan pentingnya pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Keberadaannya menjadi tulang punggung upaya warga dalam mengurangi sampah rumah tangga sekaligus menjaga kebersihan lingkungan.
Namun kini, upaya tersebut terhenti sejenak setelah tungku hangus terbakar, menyisakan puing dan kerugian yang tak sedikit.
Bencana Bertubi-tubi
Tragedi kebakaran ini tak datang sendiri. Tak lama berselang, angin puting beliung menyapu kawasan tersebut, memperburuk keadaan. Sejumlah atap bangunan di sekitar lokasi ikut beterbangan, dan menimbulkan kerusakan tambahan pada sarana dan prasarana yang ada. Dua musibah berturut-turut ini tentu menambah beban fisik dan psikis bagi warga sekitar.
“Ini benar-benar ujian berat bagi kami. Tungku yang menjadi pusat kegiatan pengelolaan sampah warga, sekarang hanya tinggal abu. Lalu disusul angin kencang yang merusak atap dan lingkungan di sekitar sini,” tutur H. Yana Mulyana, salah seorang tokoh masyarakat Kampung Cirengit. Sabtu, (19/04/2025).
Menurutnya, musibah ini menjadi tamparan keras bagi warga yang selama ini sudah berusaha mandiri dalam menjaga lingkungan. Namun, ia juga menyatakan bahwa warga tak menyerah.
“Kami tetap semangat, tapi tentu harapan kami sekarang adalah hadirnya bantuan dan perhatian dari pemerintah,” imbuhnya.
Peran Vital Tungku Pembakaran
Tungku pembakaran sampah yang dibangun di Cirengit bukan hanya sekadar tempat pembakaran biasa. Ia merupakan simbol kemandirian masyarakat yang sadar bahwa pengelolaan sampah bukan hanya urusan pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama.
Dengan sistem swadaya dan pengelolaan lokal yang dilakukan oleh KSM Cirengit atau dikenal juga dengan KSM Beragam, warga telah mampu menekan timbunan sampah rumah tangga, yang biasanya menjadi persoalan umum di daerah padat penduduk.
Ketua RW 01, Hermwan, yang juga turut memantau kondisi pascakebakaran, menyampaikan bahwa infrastruktur pengelolaan sampah seperti ini sangat penting untuk didukung pemerintah.
“Selama ini masyarakat sudah melakukan apa yang mereka bisa. Sekarang, saatnya pemerintah hadir untuk membuktikan bahwa upaya warga tak sia-sia. Kami berharap Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Garut bisa menindaklanjuti ini dengan langkah nyata,” tegas Hermwan.
KSM Beragam Siap Bangkit
KSM Beragam, selaku pengelola fasilitas tungku pembakaran, menyatakan siap untuk bangkit kembali pasca musibah ini. Namun, mereka juga menyadari bahwa tanpa dukungan dari pihak terkait, terutama pemerintah daerah, upaya perbaikan akan sangat berat.
Salah seorang pengurus KSM, Dedi Hermawan, menyampaikan bahwa pihaknya tengah menyusun surat resmi yang akan ditujukan kepada DLH Garut dan pihak-pihak terkait lainnya untuk meminta bantuan baik dalam bentuk material maupun teknis.
“Kami tidak ingin menunggu terlalu lama. Kami akan segera bersurat agar pembangunan kembali tungku ini bisa dilakukan secepatnya. Semangat warga jangan sampai padam karena menunggu terlalu lama,” ujarnya.
Harapan Akan Perhatian Serius
Musibah ini membuka mata banyak pihak bahwa pengelolaan sampah berbasis masyarakat masih sangat rentan jika tidak didukung oleh sistem dan anggaran yang memadai.
Warga Kampung Cirengit berharap bahwa peristiwa ini bisa menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan.
Tak sedikit warga yang menyuarakan kekhawatiran mereka jika tidak ada tindakan cepat dari pemerintah. Salah satunya adalah ancaman kembali menumpuknya sampah di lingkungan karena tidak adanya fasilitas pengolahan.
Hal ini, jika dibiarkan berlarut-larut, dapat memicu masalah baru seperti pencemaran lingkungan dan potensi penyebaran penyakit.
Dengan semangat gotong royong yang masih kuat di tengah warga, mereka kini menunggu uluran tangan dari pihak pemerintah. Warga berharap bantuan tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga berupa pendampingan teknis, pelatihan ulang, dan dukungan lainnya agar upaya pengelolaan sampah secara mandiri bisa terus berjalan dan menjadi percontohan bagi wilayah lain.
Akhir Kata
Apa yang terjadi di Kampung Cirengit bukan hanya musibah biasa. Ini adalah ujian bagi semangat kebersamaan warga, sekaligus tantangan bagi pemerintah untuk menunjukkan keberpihakannya pada gerakan lingkungan dari akar rumput.
Saatnya kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah diuji, demi masa depan lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan. (Pix)