Langkah ini menjadi titik terang bagi masyarakat Sukanegla yang selama ini hanya bisa berharap pada perbaikan yang tak kunjung datang. Lurah Sukanegla, Cecep Nurdiansyah, SE., M.Si., menyebut bahwa pihaknya telah sejak lama menyuarakan keluhan masyarakat melalui berbagai jalur, termasuk Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang).
“Ini bukan proses yang tiba-tiba. Kita sudah ajukan secara resmi, dan syukurlah sekarang mulai ada tindak lanjut dari Dinas PUPR,” ujarnya di ruang kerjanya, Jum’at (23/05/2025).
Cecep menegaskan bahwa survei ini merupakan langkah awal yang sangat berarti. “Kita semua tahu, janji saja tidak cukup. Tapi survei lapangan oleh instansi teknis seperti ini menandakan bahwa keluhan masyarakat mulai dijawab dengan tindakan konkret,” tambahnya.
Jalan Rusak, Risiko Nyata bagi Keselamatan Warga
Kerusakan jalan di Kelurahan Sukanegla bukan sekadar masalah estetika atau kenyamanan, tapi telah menimbulkan risiko nyata bagi keselamatan warga. Jalan berlubang, permukaan bergelombang, dan genangan air saat musim hujan kerap menyebabkan kecelakaan ringan. Beberapa warga bahkan mengaku harus memutar arah atau memperlambat laju kendaraan secara ekstrem untuk menghindari lubang yang tersembunyi di bawah air.
Saepul (34), warga RW 03, menuturkan betapa sulitnya melintasi jalan tersebut, khususnya di malam hari atau saat hujan. “Lubang-lubangnya itu kadang nggak kelihatan karena tertutup air. Teman saya pernah jatuh gara-gara itu. Kalau terus dibiarkan, bisa lebih parah,” katanya.
Keluhan serupa banyak disuarakan warga lainnya, yang merasa bahwa perhatian terhadap infrastruktur dasar seperti jalan seharusnya menjadi prioritas utama pemerintah daerah. Beberapa bahkan mulai mempertanyakan pemanfaatan Dana Alokasi Umum (DAU) serta alur perencanaan anggaran yang dianggap lambat menyentuh kebutuhan langsung masyarakat.
Pemerintah Kelurahan Ajak Warga Tetap Bersabar
Menanggapi kekhawatiran tersebut, Cecep mengimbau masyarakat untuk tidak mengambil kesimpulan tergesa-gesa. Ia menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur tidak bisa dilakukan secara instan karena harus melewati proses perencanaan teknis, perizinan, serta penganggaran lintas instansi.
“Kami paham keinginan masyarakat. Tapi mari kita pahami bahwa proses pembangunan perlu waktu dan kesabaran. Yang terpenting, sudah ada niat dan langkah awal dari pihak terkait,” ujarnya.
Cecep juga meminta agar warga menjaga stabilitas lingkungan dengan tidak terprovokasi oleh isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat untuk menciptakan suasana yang kondusif demi kelancaran proses pembangunan.
Swadaya Warga Diapresiasi, Tapi Perlu Solusi Jangka Panjang
Di tengah ketidakpastian perbaikan, masyarakat Sukanegla tidak tinggal diam. Sejumlah warga berinisiatif melakukan tambal sulam secara swadaya dengan batu dan tanah untuk meminimalisir dampak kerusakan jalan. Upaya ini dinilai sebagai bentuk kepedulian warga yang patut diapresiasi.
Namun demikian, Cecep menegaskan bahwa langkah swadaya tersebut hanyalah solusi sementara. Perbaikan permanen yang memenuhi standar teknis harus dilakukan oleh pihak yang berwenang. “Kami sangat menghargai semangat gotong royong warga. Tapi untuk hasil yang tahan lama dan sesuai spesifikasi, tentu perlu penanganan profesional dari pemerintah,” katanya.
Komitmen untuk Mengawal Hingga Tuntas
Pemerintah kelurahan, lanjut Cecep, tidak akan tinggal diam. Ia berkomitmen untuk terus mengawal proses ini hingga benar-benar terealisasi dalam bentuk perbaikan fisik jalan. Komunikasi dengan Dinas PUPR dan pihak-pihak terkait akan terus dijaga agar proses berjalan sesuai rencana.
“Kita semua ingin perubahan. Survei ini adalah permulaan, dan kami akan pastikan tidak berhenti sampai di sini. Kelurahan akan terus menjembatani komunikasi agar masyarakat mendapat informasi yang benar dan terkini,” tegas Cecep.
Penantian Panjang Warga, Saatnya Pemerintah Tunjukkan Kepedulian
Dengan dilakukannya survei oleh Dinas PUPR, harapan warga Sukanegla pun kembali bangkit. Mereka kini menanti aksi nyata sebagai kelanjutan dari proses yang telah dimulai. Tidak sedikit warga yang menginginkan agar perbaikan jalan dilakukan dalam waktu dekat, terutama menjelang musim hujan berikutnya.
“Kalau bisa tahun ini mulai dikerjakan. Jangan sampai cuma disurvei, terus menghilang lagi,” ujar Rani (42), seorang ibu rumah tangga yang tinggal tak jauh dari jalan yang rusak.
Kini, bola ada di tangan pemerintah daerah. Survei lapangan telah dilakukan, dan masyarakat telah menunjukkan kesabaran serta partisipasi aktif. Saatnya pemerintah membuktikan bahwa pembangunan bukan hanya janji kampanye, melainkan wujud nyata keberpihakan kepada rakyat. (Red)







