Menurutnya, kesadaran diri akan batas usia dan keterbatasan manusia di dunia harus menjadi pemantik untuk hidup lebih bijak, penuh makna, dan bermanfaat bagi sesama. Dalam pernyataannya kepada wartawan, Ahirudin menyampaikan,
“Kita semua pada akhirnya akan sampai di satu titik akhir. Entah kapan, entah di mana, itu adalah rahasia Tuhan. Justru karena kita tidak tahu batas waktunya, semestinya setiap hari kita gunakan sebaik mungkin untuk hal-hal yang positif, bukan sekadar mengejar ego atau kesenangan pribadi.” terangnya.
Ahirudin, yang dikenal aktif dalam kegiatan sosial di Garut seperti pemberdayaan pemuda desa, edukasi literasi, serta aksi lingkungan, menekankan bahwa hidup bukan hanya soal pencapaian materi atau jabatan.
“Banyak orang lupa bahwa semua yang kita kumpulkan di dunia ini hanya titipan. Yang akan dikenang orang bukan berapa banyak harta kita, tapi berapa banyak manfaat yang sudah kita berikan,” katanya tegas.
Gerakan Sosial sebagai Bentuk Kesadaran
Ahirudin juga mencontohkan bagaimana di beberapa desa di Garut, anak-anak muda kini mulai tergerak membangun komunitas sosial.
Mereka aktif turun membantu warga yang kesulitan, memperbaiki akses pendidikan, serta memperjuangkan lingkungan yang lebih bersih.
“Saya bangga melihat gerakan ini. Inilah bukti bahwa sadar diri bukan hanya soal merenung di kamar, tapi soal turun tangan membantu, soal beraksi nyata,” ujarnya. Sabtu,(10/05/2025).
Ia pun mengajak masyarakat luas, tanpa memandang usia atau latar belakang, untuk mulai memikirkan warisan nilai yang akan ditinggalkan.
“Kalau kita sadar hidup ini terbatas, maka yang harus kita pikirkan adalah: apa jejak kebaikan yang bisa kita tinggalkan? Jangan sampai umur habis hanya untuk memuaskan ambisi pribadi, tanpa bekas yang berarti bagi sekitar,” pesan Ahirudin.
Didukung Tokoh Masyarakat
Pernyataan Ahirudin mendapat sambutan positif dari berbagai tokoh masyarakat, sekaligus tokoh agama. Al-Ustad Apid Sumarsana, mendukung penuh pandangan tersebut. Menurutnya, kesadaran akan kefanaan hidup adalah fondasi penting dalam ajaran agama.
“Hidup ini ujian. Setiap detik akan dimintai pertanggungjawaban. Jadi, ketika ada aktivis muda yang mengingatkan hal seperti ini, itu sangat baik untuk menjadi pengingat bersama,” kata Apid.
Senada dengan itu, Presiden Ruang Rakyat Garut (RRG) Eldy Supriadi, juga menekankan pentingnya membangun kesadaran sosial di kalangan pemuda. “Pemerintah mendukung penuh inisiatif anak muda yang bergerak di bidang sosial, apalagi jika motivasinya datang dari kesadaran diri akan pentingnya hidup bermanfaat,” ucapnya.
Penutup: Mengajak Bersama-sama Berbuat Baik
Ahirudin berharap pesannya ini tidak berhenti di ruang diskusi atau media saja, tetapi benar-benar menjadi gerakan nyata di tengah masyarakat.
“Mari kita saling mengingatkan. Mari kita bergerak bersama. Hidup ini tidak lama, jadi selama kita masih diberi waktu, gunakanlah untuk kebaikan,” pungkasnya.
Berita ini menjadi pengingat bahwa dari sudut kecil seperti Garut, suara-suara kesadaran diri dan ajakan untuk lebih bijak dalam menjalani hidup terus bergema.
Sebab pada akhirnya, seperti yang dikatakan Ahirudin, kita tidak tahu kapan batas waktu kita akan tiba, tetapi kita selalu punya kesempatan untuk memilih jalan hidup yang lebih bermakna. (DIX)