Adapun bantuan tersebut disalurkan pada Kamis (08/05/2025) dan menjadi angin segar bagi para petani yang berharap dapat meningkatkan produktivitas sawah mereka pada musim tanam tahun ini.
Benih yang disalurkan adalah varietas GJM Inpari 32, salah satu jenis benih unggulan yang dikenal tahan hama dan memiliki potensi hasil tinggi. Penyaluran ini turut disaksikan oleh Babinsa, Bhabinkamtibmas Aiptu Dadan Sopian, perangkat desa, serta perwakilan dari Dinas Pertanian. Harapannya, dengan adanya bantuan ini, target panen 150 ton gabah dari Sukabakti bisa tercapai atau bahkan melampaui.
Yuni, perwakilan UPT BPP, menjelaskan bahwa bantuan ini merupakan tindak lanjut dari proposal yang diajukan para kelompok tani yang sebelumnya telah diverifikasi Dinas Pertanian. “Kami pastikan bantuan ini tepat sasaran. Para petani penerima akan didampingi penyuluh secara intensif mulai dari tahap tanam hingga panen untuk memaksimalkan hasil,” ujar Yuni.
Para ketua kelompok tani, yakni Nandar, Agus Ishak, Ejeb, Yudi, Suhendar, dan Wahyudin, menyampaikan rasa syukur dan optimisme mereka. Selama ini, salah satu kendala utama petani adalah keterbatasan biaya untuk membeli benih unggul.
Dengan adanya bantuan ini, mereka berharap produktivitas sawah mereka bisa naik minimal 10 persen dibandingkan musim tanam sebelumnya. “Bantuan ini sangat membantu, kami akan berusaha semaksimal mungkin agar panen tahun ini lebih baik,” ungkap salah satu ketua kelompok, Nandar.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Haeruman, menjelaskan bahwa program bantuan benih padi ini merupakan bagian dari strategi besar pemerintah daerah untuk meningkatkan ketahanan pangan lokal sekaligus kesejahteraan petani.
“Kami menargetkan produksi gabah kering giling Kabupaten Garut pada tahun ini lebih dari 700.000 ton. Dukungan benih unggul, akses teknologi pertanian, ketersediaan pupuk, hingga pembinaan pemasaran adalah kunci untuk mencapainya,” jelasnya.
Namun di balik antusiasme para petani, sementara saat Nusaharianmedia.com mewawancarai Kepala Desa Sukabakti, Wawan Gunawan diruang kerjanya, dia menyampaikan kritik tajam terkait koordinasi antarinstansi dalam penyaluran bantuan ini. Wawan mengaku kecewa karena pihak desa baru diberitahu mengenai bantuan ini beberapa saat sebelum penyaluran dilakukan.
“Kami mempertanyakan kenapa informasi terkait bantuan ini datang terlambat. Koordinasi seharusnya lebih baik, agar desa bisa mempersiapkan diri untuk mendampingi para petani dan mengoptimalkan pelaksanaan di lapangan,” tegasnya.
Wawan juga menekankan bahwa Sukabakti memiliki potensi besar sebagai salah satu lumbung padi utama di wilayah Tarogong Kidul, mengingat luas lahan sawah di desa ini mencapai lebih dari 300 hektare.
“Kalau sinergi antarsemua pihak pemerintah, penyuluh, dan petani bisa berjalan baik, saya yakin Sukabakti bisa menjadi desa mandiri pangan yang kuat, bahkan jadi contoh untuk desa-desa lain,” tambahnya.
Ke depan, semua pihak berharap bantuan benih ini tidak hanya meningkatkan jumlah produksi, tetapi juga kualitas hasil panen, daya saing produk lokal, dan kesejahteraan petani. Dengan komitmen bersama, Sukabakti memiliki peluang besar untuk memperkuat ketahanan pangan desa sekaligus berkontribusi pada capaian ketahanan pangan Kabupaten Garut.
Semangat gotong royong, dukungan berkelanjutan dari pemerintah, serta kesiapan kelompok tani dalam mengelola lahan secara optimal akan menjadi kunci keberhasilan program ini. Petani berharap, tidak hanya bantuan benih yang datang, tapi juga pelatihan, akses modal, serta jaminan pasar agar hasil panen mereka terserap dengan harga yang layak.
“Kalau semua itu bisa disinergikan, kami optimistis tidak hanya musim ini, tapi ke depan Sukabakti akan makin maju sebagai sentra produksi padi Garut,” tutup Yudi, salah satu ketua kelompok tani dengan penuh harap. (DIX)