Kegiatan yang dibuka oleh Kepala Desa Langensari, Uus Sudahman, ini tidak hanya menjadi ajang formal penyampaian aspirasi, namun juga mencerminkan semangat partisipasi warga yang tinggi.
Turut hadir dalam forum tersebut sejumlah pejabat dari Dinas Pemuda dan Olahraga, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, DPMPD, PUPR, Dinas Sosial, serta Dinas Kebudayaan. Camat Tarogong Kidul, Rahmat Alamsyah, juga hadir memperkuat sinergi antara pemerintah dan masyarakat.
Aspirasi yang Tumbuh dari Kehidupan Sehari-hari
Warga menyampaikan sejumlah persoalan yang selama ini membelit kehidupan mereka. Komunitas pencak silat mengajukan permintaan dukungan pelestarian budaya, mulai dari penyediaan fasilitas latihan hingga pembinaan generasi muda.
Di sisi lain, keluhan mendalam datang dari warga RW 01 Komplek Amerta mengenai krisis air bersih yang belum juga tertangani oleh PDAM. Kekurangan pasokan air yang makin parah saat musim kemarau menjadi sorotan utama yang mereka harapkan segera ditangani secara nyata, bukan hanya janji semata.
Keluhan lain datang dari RW 07 terkait buruknya kondisi drainase dan keterbatasan lahan pemakaman. Mereka bahkan telah melakukan swadaya rutin demi mengantisipasi krisis lahan kubur yang terus menyempit.
Jawaban Tegas Wakil Rakyat
Yudha Puja Turnawan merespons setiap keluhan dengan komitmen yang kuat. Ia menegaskan bahwa seluruh aspirasi telah dicatat dan akan diperjuangkan melalui proses penganggaran di DPRD Garut.
“Saya hadir di sini bukan hanya untuk mendengar, tapi untuk membawa suara panjenengan semua ke ruang pengambilan keputusan. InsyaAllah saya akan kawal hingga terealisasi,” tegasnya.
Ia pun mengapresiasi keterlibatan warga dalam menyampaikan masukan langsung dan menekankan bahwa demokrasi partisipatif harus terus dikuatkan, bukan hanya saat pemilu, tapi juga dalam kehidupan keseharian.
Yudha menambahkan bahwa semua masukan juga telah dicatat oleh Kabid Litbang, Iman, yang turut hadir sebagai bagian dari tim teknis pendataan.
Reses Bukan Sekadar Kewajiban
Bagi Yudha, reses adalah napas dari tugas wakil rakyat bukan seremoni, melainkan ruang mendengar, mencatat, dan memperjuangkan. Ia percaya bahwa kebijakan terbaik lahir dari suara rakyat yang hidup, bukan dari ruang rapat yang steril dari realita.
“Kalau kita mau pembangunan yang adil dan merata, maka rakyat harus dilibatkan sejak awal. Maka dari itu saya hadir, untuk membawa denyut kehidupan warga menjadi arah pembangunan,” pungkasnya.
Reses kali ini bukan hanya merekatkan kembali relasi antara wakil rakyat dan konstituennya, namun juga memperlihatkan bagaimana komitmen nyata bisa dirajut lewat kehadiran, kepekaan, dan perjuangan yang konsisten. (Red)







