Keluarga Pasien Soroti Minimnya Transparansi dan Komunikasi di RS Intan Husada Garut: Manajemen Diminta Lakukan Evaluasi

Avatar photo

- Jurnalis

Kamis, 1 Mei 2025 - 16:06 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Garut, Nusaharianmedia.com – Pelayanan kesehatan kembali menjadi sorotan publik di Kabupaten Garut. Kali ini, keluhan datang dari seorang keluarga pasien yang merasa kecewa dengan pelayanan di Rumah Sakit Intan Husada Garut.

Sementara, adanya kekecewaan itu bukan hanya soal teknis medis, tetapi terutama menyangkut lemahnya komunikasi, minimnya transparansi informasi, dan tidak sinkronnya koordinasi internal rumah sakit.

Keluarga pasien, yang meminta identitasnya dirahasiakan, menceritakan pengalamannya mendampingi anggota keluarga yang dirawat di rumah sakit tersebut. Dalam kesaksiannya kepada Nusaharianmedia.com, ia mengungkap banyaknya kejanggalan dalam sistem pelayanan yang dirasakan langsung baik oleh pasien maupun pendamping keluarga.

“Tidak Ada Penjelasan Jelas Sejak Awal”

Menurut penuturannya, persoalan sudah muncul sejak proses pendaftaran awal. Ia mengaku hanya menerima informasi sepotong-sepotong tanpa penjelasan mendetail mengenai prosedur perawatan, obat yang digunakan, ataupun alat kesehatan yang akan dipakai.

“Dari awal sudah terasa janggal. Kita seperti dibiarkan bingung sendiri. Saat daftar, petugas tidak menjelaskan prosedur apapun. Hanya disuruh tanda tangan ini-itu tanpa keterangan lebih lanjut,” ujarnya, Kamis (01/051/2025).

Yang membuatnya semakin heran, lanjutnya, informasi-informasi yang seharusnya disampaikan kepada keluarga pasien justru terabaikan, sementara pihak rumah sakit lebih aktif mempromosikan berbagai layanan lewat akun media sosial.

“Di medsos malah sering muncul promo-promo. Sementara informasi penting soal obat, alat, prosedur, sama sekali tidak pernah disampaikan ke kita. Padahal yang butuh info itu keluarga pasien, bukan malah digempur iklan,” keluhnya.

Komunikasi Internal Dinilai Tidak Terkoordinasi

Permasalahan semakin kompleks saat keluarga pasien mencoba meminta klarifikasi kepada tenaga medis maupun pihak manajemen rumah sakit. Ia menuturkan, jawaban yang diterima kerap berbeda-beda dan tidak konsisten.

“Saya tanya ke dokter, katanya boleh. Saya tanya ke perawat, katanya nggak boleh. Mereka seperti tidak satu suara. Kita jadi bingung harus percaya yang mana,” ceritanya.

Situasi itu membuat keluarga pasien merasa semakin tidak memiliki kendali ataupun pemahaman yang cukup atas tindakan medis yang sedang dijalani oleh anggota keluarganya.

Padahal, ia menegaskan, keluarga pasien memiliki hak untuk mengetahui setiap tindakan yang dilakukan terhadap pasien.

“Bayangkan, kita yang mendampingi pasien merasa seperti orang asing. Semua informasi seperti disimpan sendiri oleh pihak rumah sakit. Kita tidak tahu apa-apa,” tambahnya dengan nada kecewa.

Puncak Kekecewaan Terjadi di Ruang Operasi

Kekecewaan keluarga pasien mencapai puncaknya ketika mendampingi anaknya menjalani tindakan operasi. Ia berharap ada penjelasan tentang prosedur yang akan dijalani, alat dan obat yang digunakan, serta langkah-langkah yang dilakukan dokter. Namun kenyataannya jauh dari harapan.

“Waktu saya masuk ke ruangan, malah diarahkan membelakangi ruang operasi. Tidak ada penjelasan apapun. Saya hanya disuruh duduk di kursi, punggung menghadap ke arah tindakan. Tidak ada satu pun yang memberi tahu apa yang sedang terjadi di dalam sana,” tuturnya.

Ia mengaku situasi itu membuatnya merasa seperti “dipaksa buta informasi.” Ketiadaan penjelasan, baik secara lisan maupun tertulis, membuatnya merasa keluarga pasien tidak dianggap penting dalam proses medis.

“Ini bukan soal kita pengen ikut campur. Tapi sebagai orang tua, saya punya hak tahu apa yang dilakukan ke anak saya. Hak kami untuk mendapatkan penjelasan malah diabaikan,” ujarnya dengan nada getir.

Tidak Akan Kembali, Desak Evaluasi Menyeluruh

Atas pengalaman pahit itu, keluarga pasien memastikan tidak akan pernah lagi menggunakan layanan RS Intan Husada Garut. Bahkan ia menegaskan tidak akan merekomendasikan rumah sakit itu kepada siapapun.

“Saya kapok dan pada akhirnya bayar full sesuai tagihan sebesar Rp,13.000.000-. (Tiga Belas Juta Rupiah). Mohon maaf, saya tidak akan pernah lagi. Apalagi nyuruh orang lain datang ke sini, jelas tidak,” tegasnya.

Ia juga mendesak manajemen rumah sakit segera melakukan evaluasi menyeluruh, khususnya terkait sistem komunikasi, koordinasi internal, dan transparansi kepada pasien serta keluarga pasien.

Menurutnya, rumah sakit harus menempatkan hak pasien dan keluarga sebagai prioritas utama, bukan hanya mengejar citra lewat promosi.

“Rumah sakit itu bukan tempat jualan produk. Jangan hanya sibuk promosi di media sosial, sementara kebutuhan informasi dasar pasien malah diabaikan. Transparansi itu bukan bonus, tapi kewajiban,” tandasnya.

Ia berharap pengalaman yang dialaminya menjadi pelajaran bagi pihak rumah sakit agar lebih menghormati hak pasien dan keluarga.

“Jangan sampai ada lagi keluarga pasien yang mengalami hal seperti kami. Hargai hak kami untuk tahu, untuk paham, demi keselamatan pasien,” pungkasnya.

Belum Ada Tanggapan Resmi dari Rumah Sakit

Hingga berita ini diterbitkan, pihak manajemen Rumah Sakit Intan Husada Garut belum memberikan keterangan resmi terkait keluhan keluarga pasien ini.

Sementara itu, sejumlah pengamat kesehatan dan tokoh masyarakat mulai mendorong agar rumah sakit bersikap lebih terbuka dan segera memperbaiki sistem komunikasi internal demi mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan di Garut (Red).
Baca Juga :  Koordinasi dan Validasi Data Dampak Bencana di Kabupaten Sukabumi

Berita Terkait

Semangat Solidaritas! Turnamen Mini Soccer Antar Satker Polres Garut Semarakkan Hari Bhayangkara Ke-79
“Pembangunan yang Dikhianati”: Aktivis Muda Iwan Setiawan, Ungkap Permainan BankeDes di Garut
Polres Garut Amankan Pelaku Pencurian Sepeda Motor di Muarasanding
Ketika “Kota Santri” Berubah Jadi Kota Sunyi: GAM Tuntut Kepemimpinan Tegas di Tengah Krisis Moral
Polsek Garut Kota Amankan Satu Pelaku Pencurian di Sekitar Pendopo Alun-Alun Garut
Upacara Ziarah dan Tabur Bunga HUT Bhayangkara Ke-79, Polres Garut Kenang Jasa Para Pahlawan
KHDPK: Jalan Baru Menuju Kedaulatan Desa atas Hutan dan Masa Depan Bangsa
Buron Kasus Pengeroyokan di Cibatu Akhirnya Ditangkap Polisi
Berita ini 54 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 24 Juni 2025 - 14:00 WIB

Semangat Solidaritas! Turnamen Mini Soccer Antar Satker Polres Garut Semarakkan Hari Bhayangkara Ke-79

Senin, 23 Juni 2025 - 21:27 WIB

“Pembangunan yang Dikhianati”: Aktivis Muda Iwan Setiawan, Ungkap Permainan BankeDes di Garut

Senin, 23 Juni 2025 - 16:54 WIB

Polres Garut Amankan Pelaku Pencurian Sepeda Motor di Muarasanding

Senin, 23 Juni 2025 - 13:55 WIB

Ketika “Kota Santri” Berubah Jadi Kota Sunyi: GAM Tuntut Kepemimpinan Tegas di Tengah Krisis Moral

Senin, 23 Juni 2025 - 13:29 WIB

Polsek Garut Kota Amankan Satu Pelaku Pencurian di Sekitar Pendopo Alun-Alun Garut

Berita Terbaru

Hukum & Kriminal

Polres Garut Amankan Pelaku Pencurian Sepeda Motor di Muarasanding

Senin, 23 Jun 2025 - 16:54 WIB