Kegiatan bertema “Pemahaman dan Akses Keuangan bagi Pelaku Industri Kreatif” tersebut digelar Kamis (22/05/2025) di kawasan Gulapadi, Jalan Bank, Kelurahan Paminggir. Acara ini menghadirkan dua narasumber berkompeten: Rizdky Ridznurdhin,S.H,.M.AKa Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Garut, serta akademisi Universitas Garut, Wufron,SE,.M.M,..
Menyambut Peluang, Menjawab Tantangan
Dalam diskusi, Rizdy Ridznurdhin menggarisbawahi bahwa sektor industri kreatif Garut menyimpan potensi ekonomi yang sangat besar. Namun demikian, ia juga mengakui bahwa masih banyak pelaku usaha yang belum memiliki keterampilan dasar dalam pengelolaan finansial.
“Pola pikir yang terlalu mengandalkan pinjaman sebagai satu-satunya jalan pengembangan usaha perlu diubah. Ada alternatif lain yang lebih aman dan strategis,” ujarnya, sambil menekankan pentingnya kolaborasi, pengelolaan arus kas, dan pembiayaan berbasis komunitas.
Ia menegaskan bahwa Pemkab Garut siap memperluas akses literasi keuangan dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat.
Pendidikan Finansial yang Relevan
Senada dengan Dr. Mukron menekankan bahwa literasi keuangan harus membumi dan kontekstual. Menurutnya, edukasi keuangan selama ini terlalu teoritis dan kurang menyentuh praktik nyata yang sesuai dengan kehidupan para pelaku usaha kecil.
“Hal mendasar seperti pencatatan transaksi harian, penyusunan anggaran, dan evaluasi berkala seringkali terabaikan. Padahal, itu fondasi penting dalam menjaga keberlanjutan usaha,” katanya.
Ia juga menyoroti perlunya pendekatan yang disesuaikan dengan latar belakang budaya serta karakteristik lokal.
Peran Strategis Media Lokal
Dalam diskusi tersebut, media lokal mendapat sorotan sebagai jembatan penting penyebaran informasi. Media dinilai punya kapasitas untuk menerjemahkan materi-materi literasi keuangan dalam format yang sederhana dan mudah dicerna masyarakat akar rumput.
“Informasi penting jangan hanya beredar di lingkaran elite. Media lokal bisa jadi ujung tombak penyebaran edukasi finansial yang efektif,” ungkap salah satu peserta diskusi yang juga merupakan jurnalis komunitas.
Suara dari Pelaku Usaha
Dialog berjalan interaktif, dengan sejumlah pelaku usaha menyampaikan keluh kesah mereka. Mulai dari sulitnya menjangkau layanan keuangan formal, hingga kerentanan terhadap pinjaman online ilegal.
Seorang pengrajin aksesoris dari Banyuresmi mengaku kesulitan menyusun laporan keuangan usahanya. “Pendapatan saya tidak tetap, kadang bingung mulai dari mana untuk membuat perencanaan keuangan,” ujarnya.
Menanggapi itu, para narasumber sepakat perlunya pendampingan berkelanjutan dalam bentuk klinik keuangan, pelatihan akuntansi mikro, dan pemberdayaan berbasis komunitas.
Menuju Ekosistem Kreatif yang Tangguh
Panitia dari AyoGarut.com menegaskan bahwa kegiatan ini adalah langkah awal menuju gerakan kolektif memperkuat kemandirian pelaku ekonomi kreatif. “Kami ingin mendorong transformasi nyata, bukan hanya berhenti pada diskusi,” tegasnya.
Ke depan, mereka berkomitmen membangun kemitraan lintas sektor untuk memperkuat inklusi keuangan dan memperluas jangkauan literasi ke seluruh pelosok Garut.
Dengan semangat kolaboratif, kegiatan ini menjadi titik tolak bahwa literasi finansial adalah fondasi utama bagi keberlanjutan dan ketahanan ekonomi kreatif daerah.(DIX)