Garut,Nusaharianmedia.com – Di tengah derasnya arus digitalisasi dan perubahan gaya hidup masyarakat modern, ajakan untuk kembali ke masjid kembali digaungkan dari jantung Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Sebuah gerakan spiritual dan sosial bertajuk “Kajian Subuh Akbar dan Kami bersama Palestina,” ini siap digelar pada Sabtu, 26 April 2025 di Masjid Besar Al-Itihad, Jalan Soekarno Hatta, Desa Tambaksari, Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Sementara acara ini diinisiasi oleh tokoh pendidik, Sudawan Muttaqin, ZA, sebagai CEO Nusaharianmedia.com,dalam gelaran acara tersebut ada banyak respon dan mendapat dukungan penuh dari masyarakat Desa Tambaksari, Kecamatan Leuwigoong.
Kajian Subuh Akbar ini bukan sekadar agenda keagamaan rutin, tetapi sebuah gerakan untuk membangun kembali kesadaran kolektif akan pentingnya spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat.
Lewat pendekatan kolaboratif antara tokoh pendidikan, media, dan komunitas lokal, acara ini diharapkan menjadi pemantik semangat umat untuk lebih dekat dengan masjid dan menjadikan subuh sebagai momentum awal perubahan.
Subuh Sebagai Titik Awal Peradaban
Dalam wawancaranya, Sudawan Muttaqin, ZA, yang dikenal sebagai tenaga pendidik di SMPN 4 Cilawu, menyampaikan bahwa subuh adalah waktu yang sarat makna, namun seringkali terabaikan.
“Kita ingin sentuh hati masyarakat dengan nuansa kehangatan. Banyak perubahan besar dalam sejarah peradaban umat dimulai dari masjid dan dari waktu subuh. Maka mari kita hidupkan kembali spirit itu, mulai dari langkah kecil tapi konsisten,” ujarnya. Sabtu, (20/04/2025).
Menurutnya, gerakan ini bukan hanya mengajak orang salat berjamaah, tetapi juga memperkuat hubungan sosial di tengah masyarakat. Kajian Subuh Akbar menjadi ruang bertemu, berdiskusi, berdzikir, dan menata ulang nilai-nilai kebersamaan.
Peran Media: Lebih dari Sekadar Penonton
Sementara itu, CEO Nusaharianmedia.com menegaskan pentingnya peran media dalam mendorong narasi-narasi positif di tengah masyarakat. Menurutnya, media tidak boleh hanya berperan sebagai pencatat sejarah, tapi juga sebagai bagian aktif dari gerakan sosial.
“Media punya tanggung jawab moral untuk hadir dalam ruang-ruang yang membangun umat. Ketika masyarakat bergerak ke arah yang lebih baik, kita tidak bisa hanya menonton. Kita harus bergandengan tangan, menguatkan, dan menyebarkan inspirasi. Itulah yang kami lakukan bersama Pak Sudawan dan warga Tambaksari,” katanya.
Ia juga menambahkan bahwa kolaborasi ini diharapkan menjadi model sinergi antara dakwah, pendidikan, dan kekuatan informasi.
Antusiasme Tinggi, Sambutan Hangat
Sejak diumumkan, kegiatan ini mendapatkan sambutan luar biasa dari masyarakat. Tidak hanya dari Desa Tambaksari, namun juga dari berbagai wilayah di Garut. Komunitas remaja masjid, majelis taklim ibu-ibu, organisasi kepemudaan, hingga tokoh-tokoh desa telah menyatakan komitmennya untuk hadir dan meramaikan acara.
Panitia menyampaikan bahwa kegiatan ini akan diawali dengan salat subuh berjamaah, dilanjutkan dengan dzikir bersama, dan kemudian sesi kajian yang akan diisi oleh para ulama dan penceramah yang memiliki rekam jejak kuat dalam dunia dakwah.
Sebagai bentuk perhatian sosial dan untuk mempererat silaturahmi, panitia juga menyediakan santapan pagi ringan untuk seluruh jamaah. Ini diharapkan dapat menambah suasana hangat dan akrab antar peserta.
Masjid Al-Itihad: Simbol Spiritualitas dan Sejarah
Pemilihan Masjid Besar Al-Itihad sebagai lokasi acara bukan tanpa alasan. Masjid ini bukan hanya strategis secara geografis, tetapi juga memiliki nilai historis sebagai pusat kegiatan keagamaan dan pembinaan umat di Garut.
Kapasitas besar dan aksesibilitasnya yang mudah membuatnya menjadi tempat yang ideal untuk menggelar acara berskala besar.
“Masjid bukan hanya tempat ibadah, tapi pusat peradaban umat. Kita ingin Al-Itihad menjadi saksi dan pelopor dari kebangkitan ini,” ujar salah satu panitia pelaksana.
Gerakan yang Patut Ditiru
Lebih dari sebuah acara, Kajian Subuh Akbar ini digadang menjadi gerakan bersama. Sudawan Muttaqin berharap kegiatan ini tidak berhenti sebagai seremonial semata, melainkan menjadi inspirasi untuk wilayah-wilayah lain, bahkan hingga luar Garut.
“Kita ingin menjadikan masjid kembali sebagai pusat kehidupan umat. Tidak hanya ramai di bulan Ramadan, tetapi aktif dan makmur sepanjang tahun. Dan itu bisa dimulai dari hal sederhana: salat subuh berjamaah, lalu dilanjutkan dengan kajian ilmu, dzikir, dan kebersamaan,” pungkasnya.
Acara ini terbuka untuk umum dan diharapkan menjadi bagian dari upaya besar dalam membangkitkan kembali ruh keimanan, kebersamaan, dan kepedulian sosial yang selama ini menjadi ciri khas masyarakat Garut. (DIX)