Garut,Nusaharianmedia.com – Nama Radja Lodaya mungkin tak asing bagi kalangan peternak unggas dan pelaku UMKM di sektor pangan. Di balik nama itu, berdiri sosok Andri Ernawan, pria kelahiran Ngawi, Jawa Timur, 24 Desember 1982, yang kini dikenal luas sebagai pelopor usaha unggas berbasis kolaborasi akar rumput.
Ia bukan sekadar pengusaha, melainkan penggerak perubahan—membangun sistem dari bawah, bersama peternak kecil, hingga menjangkau pasar nasional.
Perjalanan Radja Lodaya bermula sangat sederhana. Hanya dengan satu hingga dua ekor bebek dan semangat untuk mencoba, Andri memulai usaha ternaknya di halaman belakang. Namun dari sana, perlahan namun pasti, ia melihat potensi besar: bukan hanya dalam hal bisnis, tetapi juga dalam mengubah nasib banyak orang di sekitarnya.
“Buat saya, usaha itu bukan hanya untuk mencari untung. Tapi bagaimana bisa menjadi manfaat untuk yang lain,” ujar Radja Lodaya dalam satu kesempatan wawancara. Kamis, (24/04/2025).
Visinya bukan sekadar mendirikan peternakan, melainkan membangun sebuah ekosistem mandiri—dimulai dari penyediaan pakan yang terjangkau, pengembangan bibit bebek hybrida yang unggul, hingga sistem distribusi hasil ternak yang berkelanjutan.
Semua itu dirancang agar para peternak kecil, terutama di daerah, dapat tumbuh bersama, mandiri, dan tidak tergantung pada tengkulak.
Melalui pendekatan gotong royong, Radja Lodaya membentuk jaringan kemitraan dengan para peternak lokal di berbagai daerah. Ia tak ragu turun langsung ke lapangan, berdialog dengan petani, mendengar kebutuhan mereka, serta memberikan pelatihan dan akses modal usaha.
Kini, usahanya telah berkembang pesat. Produk-produk hasil ternaknya telah masuk ke pasar tradisional dan bahkan menjadi pemasok bagi sejumlah pelaku UMKM kuliner di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. Banyak peternak yang dulu memulai dari nol, kini telah menikmati hasil dan hidup lebih layak berkat kemitraan bersama Radja Lodaya.
“Banyak yang dulu nggak percaya, tapi sekarang mereka merasakan sendiri. Kita ini saling bantu, saling tumbuh. Saya cuma jadi jembatan saja,” ungkapnya dengan rendah hati.
Keberhasilan Radja Lodaya juga tak lepas dari keputusannya untuk tetap membumi. Ia menolak untuk pindah ke kota besar dan lebih memilih membangun pusat operasinya di daerah, dekat dengan masyarakat yang menjadi mitra utamanya. Ia percaya bahwa perubahan besar bisa dimulai dari desa, dari tangan-tangan kecil yang bekerja dengan hati.
Kini, Radja Lodaya menjadi simbol suksesnya sinergi antara kerja keras, empati sosial, dan inovasi berbasis lokal. Banyak pihak yang mulai menaruh perhatian pada model usaha yang ia bangun—termasuk lembaga swasta, komunitas peternakan, hingga pemerintah daerah yang menjadikan kisahnya sebagai contoh inspiratif.
Dari kampung kecil di Ngawi, Andri Ernawan tumbuh menjadi Radja Lodaya. Seorang pengusaha besar, tapi tetap berpijak pada tanah tempatnya tumbuh. Ia bukan hanya membangun bisnis, tapi juga harapan—bahwa dari desa pun, mimpi-mimpi besar bisa lahir dan diwujudkan bersama. (Red)