UPA kali ini menjadi catatan penting tidak hanya bagi para peserta, namun juga bagi dunia hukum secara keseluruhan. PUPA (Pusat Ujian Profesi Advokat) sebagai penyelenggara kembali menunjukkan eksistensinya dalam menciptakan generasi advokat yang tidak hanya paham hukum secara akademis, tetapi juga menjunjung tinggi nilai moral, etika, dan profesionalisme.
PUPA Hadirkan Peserta Terbesar dari Wilayah Garut dan Tasikmalaya
Dari total 24 peserta yang mengikuti ujian, 14 orang berasal dari Kabupaten Garut, sementara 10 lainnya dari Kota dan Kabupaten Tasikmalaya. Hal ini menegaskan peran aktif Priangan Timur dalam mencetak sumber daya manusia yang unggul di bidang hukum.
Sedangkan dari jumlah tersebut, 14 orang merupakan peserta yang difasilitasi langsung oleh PUPA, menunjukkan komitmen lembaga ini dalam mendukung kemajuan hukum nasional dari daerah.
“Partisipasi yang tinggi dari Garut dan Tasikmalaya menunjukkan adanya antusiasme yang luar biasa dalam mencetak advokat muda yang siap bekerja dan mengabdi dengan prinsip keadilan,” ujar Viktor W. Nadapdap, SH., MH., yang hadir langsung sebagai perwakilan PUPA sekaligus pengamat independen UPA. Sabtu, (28/06/2025).
Pengawasan Ketat dan Dukungan Penuh dari Peradi Garut
Tidak hanya mengandalkan sistem internal, pelaksanaan UPA kali ini juga mendapatkan pengawasan langsung dari Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Garut. Ketua Peradi Garut, Syam Yousef Djojo, SH., MH., dan Sekretaris Peradi Garut, Risman Nuryadi, SH., MH., turut hadir dan memantau jalannya proses ujian. Kehadiran mereka bukan hanya sebagai bentuk pengawasan, tetapi juga simbol dukungan terhadap peningkatan kualitas profesi advokat di daerah.
Dalam sambutannya, Syam Yousef menegaskan bahwa ujian profesi ini bukan hanya menguji kecakapan akademik peserta, melainkan juga menjadi tolak ukur karakter, integritas, dan kesiapan mental dalam menjalani profesi hukum yang penuh tantangan.
“Menjadi advokat bukan sekadar bisa membaca pasal atau memahami undang-undang. Ini soal sikap, soal keberanian membela yang lemah, serta kesetiaan pada prinsip keadilan dan kebenaran,” ungkap Syam.
Senada, Viktor W. Nadapdap menyatakan bahwa peserta dari PUPA menunjukkan kualitas yang menjanjikan. Menurutnya, semangat, disiplin, dan keseriusan mereka adalah indikator penting bahwa proses pembinaan yang dilakukan oleh PUPA berjalan pada jalur yang benar.
“Kami melihat potensi besar dari peserta asal Garut dan Tasikmalaya. Mereka datang dengan semangat yang tinggi, dan itu menjadi modal penting dalam membangun profesi hukum yang lebih bersih dan profesional ke depan,” kata Viktor.
Standar Ujian Tinggi, Aspek Akademik dan Etika Diuji Ketat
UPA angkatan ke-30 ini diselenggarakan dengan sistem pengujian yang telah dikembangkan berdasarkan standar nasional dan internasional. Materi ujian mencakup aspek fundamental dalam praktik advokat seperti hukum acara pidana, hukum acara perdata, hukum administrasi, etika profesi, hingga praktik litigasi.
Sementara, setiap peserta diuji tidak hanya melalui soal tertulis, tetapi juga simulasi dan diskusi kasus sebagai bentuk asesmen keterampilan analitis dan argumentatif.
Panitia pelaksana memastikan seluruh sarana dan prasarana ujian berjalan dengan lancar. Ruang ujian disiapkan dengan sistem pengawasan ketat, prosedur pengamanan dokumen soal diterapkan, serta tim penilai yang profesional diturunkan untuk menjaga obyektivitas hasil.
Harapan Baru untuk Dunia Hukum Indonesia dari Priangan Timur
Diselenggarakannya UPA di Garut ini tidak hanya memperkuat posisi kabupaten tersebut sebagai pusat pendidikan, tetapi juga membuka peluang besar bagi peningkatan kualitas hukum di daerah. Garut dan Tasikmalaya kini tidak hanya dikenal sebagai sentra budaya dan pendidikan, tetapi juga sebagai penghasil advokat muda yang berkualitas.
Kegiatan ini menjadi momentum kolaboratif antara PUPA, Peradi, institusi pendidikan, dan tokoh hukum nasional, yang berperan penting dalam menciptakan sistem pendidikan profesi hukum yang adaptif terhadap perkembangan zaman.
“Kami ingin memastikan bahwa para peserta yang lulus UPA adalah mereka yang benar-benar layak dan siap mengemban amanah sebagai advokat. Mereka tidak hanya pintar, tapi juga punya etika dan keberanian moral,” ucap Syam Yousef.
Ke depan, kegiatan seperti ini diharapkan tidak hanya menjadi rutinitas tahunan, tetapi juga menjadi bagian dari transformasi hukum nasional yang lebih inklusif dan berkeadilan.
Kehadiran generasi advokat baru dari daerah menjadi simbol bahwa keadilan dan hukum yang bermartabat tidak hanya lahir dari pusat-pusat kota besar, tapi juga dari daerah-daerah yang terus membangun potensi manusianya. (DIX)